Selasa 10 Nov 2015 21:40 WIB

Gubernur NTB Minta Pelaku Usaha Wisata Tetap Tenang

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Awan panas erupsi Gunung Barujari menyembur dibalik puncak Gunung Rinjani terlihat dari Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (10/11).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Awan panas erupsi Gunung Barujari menyembur dibalik puncak Gunung Rinjani terlihat dari Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi meminta semua pelaku usaha pariwisata tetap tenang menyikapi erupsi anak Gunung Rinjani, Gunung Baru Jari. Sebab, peristiwa letusan merupakan hal yang tidak bisa diprediksi. Hal ini terkait dengan penutupan bandara yang sudah menginjak hari keenam.

“Semua pihak tetap tenang, pelaku wisata juga. Ini keadaan yang tidak bisa diprediksi,” ujarnya kepada wartawan di Kota Mataram, Selasa (10/11).

Ia menuturkan, sudah mengarahkan BPBD  untuk terus memonitor pertiga jam terkait gunung Baru Jari.  Dimana, laporan saat ini kondisi erupsi relatif semakin kecil namun akibat musim pancaroba menyebabkan arah angin tidak stabil dan selalu berubah dalam waktu yang singkat.

Oleh karena itu, menurutnya, otoritas bandara tidak membuka penerbangan sebab dikhawatirkan terhadap perubahan angin. “Mudahan perubahan arah angin berkurang dan bisa dideteksi dan aliran angin ke arah barat bisa segera bersih dan bisa segera dibuka,” katanya.

Ketua PHRI NTB I Gusti Lanang mengaku akibat erupsi gunung Baru Jari, okupansi hotel menurun sebanyak 20 persen. Bahkan, wisatawan yang hendak wisata ke berbagai tempat bisa dibilang tidak ada. Termasuk kegiatan MICE di NTB banyak yang dibatalkan.

“Okupansi turun kisaran 20 persen. Normalnya, di atas 70 persen. Target 2 juta wisatawan diprediksi tidak mencapai serta kerugian yang mencapai miliaran,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement