Jumat 13 Nov 2015 05:25 WIB

Dokter Magang Meninggal, IDI Minta Tiga Hal

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Julkifli Marbun
Logo Ikatan Dokter Indonesia (ilustrasi)
Logo Ikatan Dokter Indonesia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta pemerintah memenuhi tiga hal saat akan mengirimkan dokter ke wilayah yang terpencil dan sulit diakses. Permintaan diucapkan pascameninggalnya dokter muda yang magang di Dobo, Maluku, Dionisius Giri Samudra.

"Ke depannya kami minta tiga hal saja untuk dipenuhi dengan baik oleh pemerintah ketika ingin menempatkan dokter di kepulauan atau di daerah yang aksesnya sulit," kata Ketua umum pengurus besar IDI Zaenal Abidin saat dihubungi Republika, Kamis (12/11).

Pertama, IDI ingin ada pembekalan, khususnya berkaitan dengan penyakit yang ada di daerah tempat dokter akan bertugas. Menurutnya harus ada pembekalan yang diberikan terkait penyakit endemis yang bisa menyerang dokter.

Permintaan kedua, dokter harus diberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi sosial politik dan keamanan suatu daerah.

"Karena kadang-kadang ada dokter yang menjadi korban karena konflik," ujarnya.

Informasi mengenai hal ini menurutnya penting untuk diberikan karena berbeda dengan tentara ditugaskan di wilayah konflik telah mempelajari kondisi tersebut sebelumnya. Sedangkan dokter tidak diberikan pemahaman itu, namun di satu sisi harus bertugas di sana. Untuk itu, perlu dibekali bagaimana dokter mengatasi situasi politik tersebut.

Hal yang lainnya, IDI meminta pemerintah menambahkan insentif yang memadai untuk dokter yang ditugaskan di daerah yang sulit. Sebab, IDI menilai insentif untuk dokter yang ditempatkan di wilayah yang sulit masih kurang.

"Mari dikaji dengan baik. Kalau tidak salah insentif honor untuk dokter magang setiap bulan Rp 2 juta per bulan, padahal mereka bekerja sebagai dokter meski magang," ujarnya.

IDI menegaskan, selain pendapatan pokok, pemerintah seharusnya memberikan tunjangan dan insentif berdasarkan tingkat kesulitan wilayah tugasnya. Sehingga, dengan insentif yang cukup, mengundang dan tidak menyurutkan minat dokter baru untuk bertugas.

Ketiga, dokter dibekali baik asuransi kecelakaan, kematian dan asuransi lainnya yang bisa memproteksi dokter. Dia menjelaskan, dokter merupakan pekerjaan yang tidak tergantikan karena orang yang tidak sekolah jurusan kedokteran maka tidak dapat menjalani profesi tersebut.

"Sekalipun kami mengatakan dokter bukanlah profesi yang cengeng karena tidak ada orang yang memaksa kami menjadi dokter. Tetapi dokter dibutuhkan oleh masyarakat sehingga kehadirannya selalu dinantikan dan profesi yang tidak tergantikan," katanya.

Apalagi, kata dia, dokter adalah warisan peradaban umat manusia. Kalau mau melihat sejarah, kata dia, profesi yang usianya sudah tua adalah kedokteran. Di setiap kemajuan peradaban yang terjadi itu ada dokter yang memberikan pengobatan dan tidak tergantikan. Dan itu harus ada perhatian serius.

"Sehingga, jangan lagi terjadi seperti sekarang ketika kita ingin mengevakuasi bertanya tanya. Seharusnya dana tidak boleh ditanyakan karena pemerintah harus memilikinya," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement