Sabtu 14 Nov 2015 21:09 WIB
Serangan Teror Paris

‎Komnas HAM Minta Serangan Paris tak Dikaitkan dengan Agama

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ilham
 Ketua Tim Penyelidikan Kasus Tolikara Maneger Nasution (kanan) menyampaikan temuan Komnas HAM terkait kasus Tolikara di Jakarta, Senin (10/8).   (Republika/Prayogi)
Ketua Tim Penyelidikan Kasus Tolikara Maneger Nasution (kanan) menyampaikan temuan Komnas HAM terkait kasus Tolikara di Jakarta, Senin (10/8). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) RI, Maneger Nasution  menyampaikan duka mendalam Komnas HAM atas serangan teror di Paris, Prancis. Namun, ia meminta semua pihak dapat menahan diri untuk tidak terburu-buru mengaitkan tindak kekerasan itu dengan agama.

Maneger mengatakan, tidak ada satupun agama yang mentolerir praktik pemaksaan kehendak dengan kekerasan. "Karenanya, tak ada urgensi dan relevansinya, serta tak perlu sama sekali adanya aksi balasan dengan cara-cara kekerasan yang mengatasnamakan agama," katanya, Sabtu (14/11).

Menurut dia, dunia kemanusiaan universal mengutuk dan menentang keras tindakan kekerasan dan penistaan kemanusiaan. "Apapun motif dan alasan yang mendasarinya, tindak kekerasan yang terjadi di Paris yang mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa dan luka-luka, sama sekali tidak bisa dibenarkan oleh nurani kemanusiaan universal," kata Maneger.

Semua harus bersatupadu menentang tindakan yang menistadinakan martabat kemanusiaan. Keadaban kemanusiaan universal sungguh prihatin. "Mari dukung otoritas pemerintah Perancis untuk mengusut peristiwa tersebut melalui proses hukum, dan secepatnya mampu mengungkap pelaku dan pihak-pihak di balik kejadian tersebut," ujarnya.

Dia berharap pemangku kepentingan dan otoritas di dalam negeri bersama tokoh-tokoh umat beragama dapat mengedukasi masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi. Sikap saling menyalahkan justru akan memperkeruh keadaan dan menurunkan kewaspadaan. "Mari bersatu melawan teror kemanusiaan."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement