REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah aksi teror bom yang mengguncang Kota Paris, Prancis, Jumat (13/11) malam lalu waktu setempat, muslim dan imigran asal Timur Tengah kembali menghadapi stigma buruk sebagai teroris.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta umat Islam dunia dan Indonesia mengambil pelajaran atas tragedi ini. Ia yakin tragedi bom di kota Paris, Perancis menjadi momentum ke dua setelah tragedi WTC di AS, sebagai kebangkitan Islam di Eropa.
"Stigmatisasi islam di eropa bagian kecil dari dinamika yang terjadi, kenyataannya Islam berkembang di eropa dan negara-negara barat saat ini," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (15/11).
Ia yakin dengan tragedi ini masyarkat eropa akan semakin menyadari dan memahami ajaran Islam yang sebenarnya. Terutama ia menekankan pada muslim di Perancis dan Eropa serta para imigran dari negara-negara muslim.
Bagi masyarakat Islam yang ada di Eropa dari manapun datangnya, ia harus mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat Eropa tanpa harus meninggalkan nilai ajaran islam. Imigran dari negara muslim harus mulai membaur, tidak membawa perangai perangai primordial dari negara asal, yang cenderung eksklusif.
Sikap keras dan tertutup dengan masyarakat asli Eropa harus diperbaiki, karena itu bukan mewakili Islam. Hal ini juga Haedar tekankan kepada masyarakat muslim Indonesia di Eropa, termasuk warga Muhammadiyah yang tergabung dalam Cabang Istimewa di Paris dan Eropa.
"Ini penting untuk membawa pemahaman islam yang damai, moderat dan berkemajuan seperti semangat islam yang dikembangkan di Indonesia dan muhammadiyah," jelasnya.
Pada saat yang sama muslim asli Eropa juga tidak boleh berhenti mengembangkan islam yang maju dan modern, kuat terhadap prinsip ajaran tapi tetap adaptif terhadap lingkungan sekitar.