Ahad 15 Nov 2015 11:57 WIB

'Bagaimana Mau Melawan Kalau Buruh Terus Menjadi Konsumen Kapitalisme'

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Winda Destiana Putri
Buruh
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Buruh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem kapitalisme yang hendak dilawan oleh gerakan buruh semakin canggih. Moda produksi yang dijalankan juga semakin rumit.

Hal tersebut menuntut gerakan buruh untuk memperbaiki strategi dan taktiknya dalam melawan penetrasi sistem kapitalisme.

"Melawan sistem kapitalisme itu tidak bisa dengan modal jargon belaka," ujar Menteri Ketenagakerjaan, M Hanif Dhakiri dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id belum lama ini.

Harus ada reorientasi strategi dan taktik gerakan yang lebih canggih, setidaknya mengiringi kecanggihan sistem kapitalisme itu sendiri.

Sistem kapitalisme dulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu kapitalisme mengembangkan sistem produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti pangan, sandang dan lain-lain. Sekarang kapitalisme justru menciptakan kebutuhan baru yang juga diamini oleh para buruh.

Dulu, masyarakat bisa hidup tanpa telepon genggam. Tetapi sekarang orang merasa tidak bisa hidup jika tidak pakai telepon genggam. Pulsapun lalu dianggap sebagai kebutuhan dan masuk dalam komponen kebutuhan hidup layak (KHL).

"Bagaimana mau melawan kalau buruh sendiri terus menjadi konsumen dari kebutuhan baru yang diproduksi kapitalisme," kata dia.

Perjuangan kaum buruh tidak bisa lagi disandarkan pada strategi-taktik konvensional seperti demonstrasi dan pemogokan. Ia mengusulkan agar gerakan buruh membangun kemitraan strategis strategic partnership dengan semua stakeholder hubungan industrial dalam rangka memajukan tuntutan perjuangan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement