REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Warga asli Prancis Omar Ismail Mostefai diidentifikasi sebagai salah satu penyerang Paris, Prancis, Jumat (13/11) setelah sidik jarinya yang ditemukan di Bataclan dikonfirmasi cocok dengan dokumen polisi.
Polisi Prancis telah mengidentifikasi penyerang pertama yang terlibat dalam serangkaian serangan di beberapa tempat terpisah di Paris yang menewaskan sedikitnya 129 orang tewas dan melukai ratusan lainnya. Mostefai adalah penduduk asli Paris berusia 29 tahun dan sidik jarinya ditemukan semalam di hall Bataclan.
(Baca: Tiga Tersangka Bom Paris Ditangkap di Belgia)
Pihak berwenang Prancis percaya serangan itu direncanakan di luar negeri oleh kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), tetapi belum mengkonfirmasi identitas lain yang terlibat. ISIS yang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan tak lama setelah insiden itu juga tidak mengungkapkan identitas para penyerang.
Tim investigator Prancis, Belgia, Yunani, dan Jerman berusaha untuk mengidentifikasi tujuh penyerang dan identitas mereka. Di Belgia, polisi menangkap beberapa orang yang diduga terkait jaringan pelaku serangan.
‘’Mereka yang ditangkap ditahan sehubungan dengan Volkswagen Polo abu-abu yang disewa di Belgia tetapi ditemukan di dekat lokasi serangan,’’ ujar Menteri kehakiman Belgia Koen geens seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Ahad (15/11).
(Baca: Serangan Teror Terjadi di Konser Band, Ini Kata Bono U2)
Saksi mata mengatakan beberapa penyerang tiba di sebuah mobil yang membawa nomor polisi Belgia.
Otoritas Yunani juga menegaskan bahwa seorang pria yang tewas dalam serangan ditemukan dengan paspor Suriah di sampingnya ternyata telah terdaftar sebagai pengungsi di Pulau Leros pada bulan Oktober.
Polisi mengatakan paspor telah ditemukan di dekat tubuh salah satu penyerang. Serangan telah meningkatkan perdebatan tentang respon Eropa terhadap krisis pengungsi. Pemimpin sayap kanan Prancis Partai Front Nasional Marie Le Pen telah menyerukan pengetatan perbatasan negara.