REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas pemboman pesawat Rusia yang jatuh di atas gurun Sinai dan serangan Paris akhir pekan kemarin. Mantan wakil direktur CIA Michael Morell mengatakan, sudah waktunya bagi pemerintah Amerika Serikat untuk melancarkan strategi baru guna melawan kelompok militan tersebut.
"Kami memiliki afiliasi ISIS yang menjatuhkan sebuah pesawat di Sinai. Serangan teroris di Eropa Barat (Paris) terbesar sejak 9/11, dan di Madrid pada 2004," ujar Morell kepada CBS News. "Ketika Anda menempatkan kedua hal bersama-sama dan Anda menyusun upaya ini untuk membangun kemampuan serangan di Barat, saya pikir itu sekarang jelas bagi kami bahwa strategi kami, kebijakan kami melawan ISIS tidak bekerja dan sudah waktunya untuk melihat sesuatu yang lain."
Sekarang, Morell mengatakan, mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan kembali salah satu prioritas utama Presiden Barack Obama di Timur Tengah, dengan mendorong apakah Presiden Suriah Bashar Assad perlu meninggalkan kekuasaan solusi untuk perang saudara Suriah. Pasalnya, ISIS juga telah mengklaim wilayah di tengah kekacauan di Suriah.
"Saya pikir pertanyaan apakah Presiden Assad harus pergi atau apakah ia adalah bagian dari solusi di sini, kita perlu melihat lagi," kata Morell. "Jelas dia bagian dari masalah. Tapi ia juga dapat menjadi bagian dari solusi," katanya dilansir dari CBSNews. (Baca: Serangan Paris, Donald Trump Malah Salahkan Prancis)
Serangan teroris mematikan terkoordinasi di Paris menewaskan sedikitnya 129 orang dan 352 lainnya luka-luka telah mengangkat kekhawatiran baru tentang kemampuan militan ISIS bagi keamanan di Amerika Serikat. Morell mengatakan, serangan di Paris adalah bukti sukses pertama bagi kelompok tersebut untuk membangun kemampuan serangan di Barat. Akhirnya, ia mengatakan, mereka akan mencoba untuk meniru (serangan) itu di Amerika Serikat.
"Sepertinya ini direncanakan, diorganisasi, diarahkan dari Irak dan Suriah," kata Morell. "ISIS harus mendapatkan sejumlah besar operasi ke Prancis serta bahan peledak dan senjata lainnya, dan mereka harus berkomunikasi antara mereka dan jarian sebagainya dengan Irak dan Suriah."