REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur Andre Koreh mengatakan rehabilitasi bangunan yang rusak akibat gempa bumi di Kabupaten Alor akan dimulai pada 2016.
Saat ini, masih dilakukan penanganan darurat, baik yang dilakukan Kementerian Sosial maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kata Andre Koreh, di Kupang, Senin (16/11), terkait rehabilitasi kembali kerusakan akibat bencana Alor.
"Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah melihat langsung kondisi di Alor, dan menjanjikan rehabilitasi akan dimulai pada 2016," katanya.
Gempa bumi berkekuatan 6,2 SR yang menguncang wilayah bagian timur Alor pada Rabu (4/11) mengakibatkan ribuan bangunan mengalami kerusakan.
Bupati Alor Amon Djobo dalam keterangan terpisah mengatakan kerugian material yang dialami korban gempa di wilayah itu diperkirakan mencapai sekitar Rp123 miliar.
"Angka persisnya masih terus dihitung, namun diperkirakan mencapai sekitar Rp 123 miliar," kata Bupati Alor Amon Djobo.
Menurut Bupati Amon Djobo, berdasarkan hasil pendataan sementara, tercatat 1.468 rumah warga yang mengalami kerusakan, terdiri atas 519 rusak berat, 193 rusak sedang dan 756 rusak ringan.
Ada juga 20 tempat ibadah dan 37 gedung sekolah yang mengalami kerusakan, selain sejumlah sarana dan prasarana umum yang hancur saat gempa melanda wilayah itu.
"Dalam hitungan sementara kami, kerugian akibat gempa bumi ini mencapai Rp 123 miliar," katanya, dan menambahkan pemerintah akan secepatnya merampungkan hasil pendataan untuk segera disampaikan kepada pemerintah pusat melalui kementerian terkait.
Amon Djobo berharap pada 2016 rekonstruksi bangunan usai gempa Alor sudah bisa dimulai, sehingga paling lambat pada akhir 2016 sudah bisa dimanfaatkan oleh korban yang kehilangan tempat tinggal.