REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (16/11) pagi, bergerak melemah 30 poin menjadi Rp 13.705 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.675 per dolar AS.
"Aksi serangan teror di Paris menekan sentimen pasar uang berisiko. Hampir semua mata uang di negara berkembang Asia mengalami pelemahan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang di dalam negeri juga sedang menanti pengumuman data neraca perdagangan periode Oktober 2015, kalangan ekonom memperkirakan data itu akan kembali mengalami penurunan pada tingkat ekspor-impor Indonesia.
"Ada sentimen risk aversion bagi Indonesia seiring dengan pengaruh global. Apalagi, data neraca berjalan yang telah dirilis pada akhir pekan lalu (13/11) masih berada dalam kondisi defisit," katanya.
Di sisi lain, ia menambahkan bahwa pejabat bank sentral AS (Federal Reserve) yang minim memberikan petunjuk terkait rencana kebijakan moneternya menambah sentimen negatif bagi pasar keuangan di negara berisiko. Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa data neraca perdagangan Indonesia periode Oktober 2015 diperkirakan menipis surplusnya ke kisaran 300 juta dolar AS.
Fokus selanjutnya, ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang juga sedang menanti arah kebijakan Bank Indonesia mengenai tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada Selasa (17/11) besok. "Nilai tukar rupiah berpeluang mempertahankan sentimen pelemahannya pada hari ini (Senin, 16/11)," katanya.