REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- DKI Jakarta menduduki peringkat 65 dari 94 kota intoleran berdasarkan survei SETARA Institute. Salah satu penyebabnya adalah isu toleransi menjadi semcam permainan politik.
“Jakarta selain karena ibu kota, tempat dimana segala kekuatan politik berkontes akan selalu ada demonstrasi anti Ahmadiyah, anti kristenisasi atau lain lain," ujar Direktur Riset SETARA Institute Ismail, Senin (16/11).
Salah satu indikator Jakarta termasuk tidak toleran, imbuh Ismail, adanya peraturan yang kerap dimanfaatkan untuk mendiskreditkan kelompok agama lain. Selain itu, sebagai tempat segala kepentingan berkumpul, maka para aktor sosial menjadikan toleransi sebagai ajang permainan politik.
Hasil survei tersebut diharapkan menjadi salah satu evaluasi bagi para wali kota di DKI Jakarta serta Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.
“Menjelang pergantian pemimpin, wacana toleransi terhadap masyarakat bisa menjadi salah satu tolok ukur,” ujar Ismail.