REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurunnya laju euro, swisfranc, dan beberapa mata uang di sekitaran zona euro setelah merespon musibah di Paris, memberikan sentimen negatif pada laju rupiah.
Apalagi, sebelumnya sejumlah mata uang mengalami pelemahan terhadap dolar AS yang dimotori oleh euro setelah merespon hasil pidato European Central Bank (ECB) yang masih mengindikasikan perlambatan yang berujung diperlukannya stimulus.
"Ini membuat rupiah masih melanjutkan pelemahannya," ujar analis riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, Senin (16/11) malam.
Bahkan adanya surplus neraca perdagangan sebesar dolar AS 1,01B tidak mampu membantu laju rupiah keluar dari zona merah.
Kemungkinan hal tersebut dikarenakan masih terjadi penurunan atas nilai ekspor dan impor dimana masing-masing turun -20,98 persen dan -27,81 persen. Terlihat, laju USD bergerak menguat terhadap EUR, GBP, NZD, JPY, CNY, CHF, dan beberapa lainnya.
Sebelumnya, Reze menyampaikan laju rupiah secara tren masih cenderung bergerak sideways. Pergerakan rupiah tersebut masih rentan dengan berbagai sentimen, terutama jika sentiment yang ada kurang positif.
Di pekan depan, selain data neraca perdagangan internal juga dirilis data-data ekonomi lainnya sehingga akan mewarnai laju rupiah. Untuk itu, tetap mewaspdai dan cermati sentimen yang akan muncul mengingat masih adanya potensi pelemahan lanjutan.
Harapan akan adanya penguatan laju rupiah tampaknya harus ditahan dulu mengingat sentimen yang ada masih belum cukup mendukung untuk penguatan rupiah.
Untuk itu, tetap mewaspdai dan cermati sentimen yang akan muncul seiring masih adanya potensi pelemahan lanjutan. Laju rupiah di bawah target support 13.588. Rp 13.805-13.695 (kurs tengah BI).