Selasa 17 Nov 2015 11:24 WIB
Serangan ke Paris

'Bagaimana Indonesia Menyikapi Peristiwa Teror di Paris?'

Rep: c35/ Red: Bilal Ramadhan
Polisi di Paris
Foto: AP
Polisi di Paris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati Kontra Terorisme & Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya menegaskan agar respon pemerintah Indonesia terhadap tragedi Paris harus proporsional, khususnya instansi terkait. Menurut dia tidak perlu berlebihan yang justru terkesan bisa menjadi sumber kepanikan baru di Indonesia.

"Jika cermat melihat pola dan spirit dibalik teror itu, maka teror susulan sangat berpeluang terjadi khususnya konsisten diarahkan ke negara-negara yang dianggap terlibat dan tangan mereka berdarah-darah di konflik Suriah khususnya," katanya menegaskan, Senin (16/11).

(Baca: Facebook Bisa Deteksi Korban Selamat Serangan Paris)

Dia melanjutkan, yang perlu siaga untuk mengantisipasi kemungkinan serangan teror susulan setelah di Paris ini rasionalnya adalah negara tetangga seperti Inggris atau negara koalisi yang terlibat perang di Suriah.

Di sisi lain, dia menyebutkan tereksposnya teror di Paris secara global tersebut berisiko melahirkan beragam sikap dan akibat, ini tergantung sudut pandang masing-masing pihak. Bagi elemen yang pro dengan aksi teror tentu peristiwa di Paris menjadi inspirasi dan spirit baru bagi mereka di manapun berada.

Tapi dalam konteks Indonesia, menurut dia level ancaman seperti serangan di Paris resonansinya sangat rendah (minor). Dia mengatakan demikian karena dia meyakinj kemampuan untuk melakukan serangan terbuka secara terkordinasi dan tidak terendus oleh pihak aparat keamanan itu tidak dimiliki, atau belum dimiliki sel-sel kelompok yang selama ini dianggap terkait jaringan terorisme IS-ISIS di Indonesia.

(Baca: Pelaku Bom Bunuh Diri Kedua di Paris Berhasil Diidentifikasi)

Meskipun pernah ada eksperimen kecil-kecilan dan sangat amatiran untuk melakukan serangan bom. Dia memprediksi, Indonesia relatif kondusif dan aman dari gangguan teror sejenis serangan di Paris, Prancis. Para pengikut IS-ISIS dari Indonesia lebih berhasrat untuk hijrah (pindah) ke Suriah wilayah IS daripada bertahan.

Menurut dia, seandainya muncul gangguan, hal itu potensial untuk bisa menjadi rembesan dari wilayah timur Indonesia, di sana ada kelompok Santoso yang selama ini dijadikan ikon kelompok terorisme oleh Polri dan BNPT.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement