Selasa 17 Nov 2015 17:56 WIB

Emil Salim Sarankan KPK Dilibatkan Telusuri Praktik Ilegal Kontrak Freeport

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Emil Salim
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Emil Salim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah didesak untuk mau buka-bukaan soal kontrak Freeport. Ekonom senior sekaligus mantan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Emil Salim mengatakan, polemik Freeport terus saja berlanjut karena selama ini seolah ditutupi. Emil menggunakan istilah, apabila bakteri dan kutu takut akan cahaya matahari, maka koruptor takut akan transparansi. 

"Kalau you baca kisah Freeport, kasak kusuk kan di dalam kamar tertutup. Nah saat ini kita tuntut buka pintu. Buka jendela. Kalau jendela dibuka kutu-kutu mati," kata Emil di Jakarta, Selasa (17/11). 

Emil menegaskan begitu pentingnya keterbukaan dalam menjalankan kebijakan di sektor energi. Hal ini karena, aliran dana yang keluar maupun masuk sangat besar. Lahan basah seperti ini, kata dia, tentu akan menarik oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Bahkan Emil menilai penting bagi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengajak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjalin kerja sama. (Baca juga: Polemik Freeport Bak Bola Panas, Sudirman Mengaku tak Takut)

"Keterbukaan. Kalau tidak berani terbuka berarti ada sesuatu yang kau simpan. Untuk itu kita perlu kerja sama dengan KPK. KPK tahu banyak. Kita pakai data KPK untuk kontrol di masing masing sektor," ujarnya.