REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panin Asset Management akan menerbitkan produk reksa dana pendapatan tetap jenis baru pada 2016 untuk memperluas jenis produk. Karena, selama ini hampir 90 persen produk masih didominasi reksa dana berbasis saham.
"Kita merencanakan meluncurkan produk reksadana pendapatan tetap pada tahun 2016 agar ada penyeragaman produk dari yang selama ini didominasi jenis berbasis saham," kata Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja di Jakarta, Selasa (17/11).
Ridwan mengatakan perusahaan pengelola reksa dana tersebut akan mengajukan perizinan produk baru itu kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam waktu dekat. Ia yakin produk baru tersebut nantinya diminati para investor karena kelebihan yang dimiliki reksa dana pendapatan tetap yaitu memberikan pendapatan stabil setiap bulannya.
"Ini juga jenis yang memiliki risiko kecil, sehingga bisa menjadi alternatif produk," ujar dia.
Di lokasi yang sama, Kepala Operasional dan Pengembangan Bisnis Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan nantinya alokasi portofolio reksa dana baru ini terdiri atas surat utang korporasi 20- 30 persen, obligasi pemerintah sebesar 40-60 persen dan sisanya deposito sebesar 20-30 persen.
"Dengan keunggulannya seperti memungkinkan pemodal untuk mendapatkan dividen setiap bulan, akan meningkatkan jumlah investor kami di masa mendatang," kata Rudi.
Rudi mengatakan Panin Asset Management memiliki nasabah baru pada 2015 sebanyak 9.000 dengan pertumbuhan investor baru 800-1.000 nasabah setiap bulannya.
"Total hingga saat ini ada sekitar 52 ribu yang 4.800 nasabah di antaranya merupakan investor reksadana syariah," katanya.
Terkait dana kelolaan atau asset under management (AUM) perusahaannya, Rudi menjelaskan terjadi penurunan sebesar 15 persen pada 2015 ini yakni menjadi Rp 10,8 triliun.
"Penurunan ini dipicu pelemahan valuasi pada portofolio perseroan, yang hampir dengan pelemahan IHSG tahun ini karena 80 -90 persen AUM kami ada di saham karenanya fluktuasi saham ada pengaruhnya meski tidak langsung," kata dia.
Meski ada penurunan, lanjut dia, reksa dana saham diproyeksi mulai membaik pada 2016 mendatang karena adanya tren perbaikan ekonomi dan berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. "Apabila pertumbuhan ekonomi melambat, pasar saham juga melambat, jika pertumbuhan ekonomi cepat, pasar saham akan merespon sama," tuturnya.