Rabu 18 Nov 2015 07:22 WIB

ISIS tak akan Menyerang Pertahanan Amerika Serikat

Gerakan ISIS
Foto: VOA
Gerakan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para pejabat intelijen AS khawatir bahwa ISIS sekarang telah menunjukkan antusiasmenya menargetkan korban asing secara berurutan. Mulai dari kemungkinan korban dari aksi teror di Jerman, Inggris dan Rusia.

Serangan ISIS telah menewaskan lebih dari 500 orang di luar kekuasaan mereka di Suriah dan Irak dalam dua bulan terakhir. Lebih dari 100 korban di Prancis, 224 di sebuah pesawat Rusia di atas Semenanjung Sinai, lebih dari 100 di Turki dan hampir 40 orang tewas di Beirut.

Pada Senin (16/11), Direktur CIA John Brennan mengatakan bahwa ISIS telah "mengembangkan agenda operasi eksternal. ISIS, ujar John, telah benar-benar memiliki efek mematikan. 

"Ini bukan sesuatu yang dilakukan dalam hitungan hari. Ini direncanakan dengan hati-hati selama beberapa bulan," kata John Brennan.

Masyarakat kontraterorisme AS percaya, berdasarkan kecerdasan dan bukan hanya klaim ISIS, bahwa jaringan teror kini aktif terlibat dalam mengekspor terorisme di seluruh dunia sebagai cara memperluas jejak global dan membangun kekhalifahan agama.

CIA, Pentagon dan badan-badan AS lainnya berebut dugaan untuk menentukan apakah operasi ISIS telah menembus pertahanan AS dan berusaha untuk memulai serangan di wilayah AS. Sejauh ini, ada sedikit bukti itu, tapi pemerintah memobilisasi cepat pengamanan di objek vital seperti kedutaan dan perusahaan multinasional.

Douglas Ollivant, mantan direktur Dewan Keamanan Nasional di Irak selama dua pemerintahan Bush dan Obama, mengatakan ia meragukan bahwa ISIS bisa melancarkan serangan di wilayah AS karena beberapa alasan.

Menurutnya,  Amerika Serikat tidak memiliki populasi besar umat Islam. Muslim AS juga bukan penyumbang para militan di Suriah dan Irak, jika dibandingkan, banyaknya anggota ISIS dari Asia Selatan dan Afrika Utara yang telah melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak. AS, kata Ollivant, juga telah sukses memperkuat wlayah-wilayah perbatasan.

"Jika Anda berada di luar negeri, Anda mungkin ingin khawatir, terutama di Timur Tengah atau Eropa," kata Ollivant. "Di AS, tidak begitu banyak," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement