REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Beberapa tokoh agama Kota Bogor, Jawa Barat, menyatakan masyarakat kotanya lebih toleran dalam menjaga kerukunan antarumat beragama dibandingkan daerah lain. Sehingga hasil survei Setara Institute yang menyatakan Bogor sebagai kota paling tidak toleran di Indonesia, mereka anggap tidak sepenuhnya tepat.
"Secara pribadi saya tidak setuju Bogor dinilai kota intoleransi. Kami hidup rukun. Ini berjalan dengan baik," kata Romo Endro Susanto, pastur Gereja Katedral Bogor, sekaligus Ketua Hubungan Antarumat Beragama Keuskupan, saat dihubungi Antara, Selasa (18/11).
Romo Endro mengatakan, di Bogor ada Basolia sebagai wadah kerja sama antaragama dan itu berjalan dengan baik. "Kami juga mengadakan pelayanan dalam bidang kesehatan untuk 1.000 warga secara gratis. Setiap hari raya keagamaan kami saling mengunjungi untuk bersilaturahmi," kata Endro.
Terkait GKI Yasmin, lanjut Romo Endro, harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Dia menilai masalah GKI Yasmin sangat kompleks terkait masalah internal dan eksternal.
"Tapi jangan masalah GKI Yasmin, lalu langsung digeneralisasi dikatakan Bogor itu intoleransi. Saya hanya berharap fungsi FKUB dimaksimalkan bukan hanya mengeluarkan rekomendasi rumah ibadah, tapi jadi jembatan untuk terwujudnya kerukunan di Kota Bogor," kata Romo Endro.