REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kepala Polda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menyatakan, motif pelaku teror bom di Duren Sawit, Jakarta Timur, adalah masalah bisnis dan pribadi. Dia memprediksi kasus teror di Gedung Multipiranti tersebut bukan dilakukan kelompok terorisme radikal.
”Kami curigai adanya kepentingan pribadi dan kepentingan bisnis. Dan teror ini bukan masalah simbol ideologi,” kata Tito di Markas Polsek Bantargebang, Selasa (17/11).
Menurut dia, bom yang terjadi di daerah Duren Sawit itu lebih bersifat individual. Sebab, di dalam gedung itu diisi sebanyak 20 PT yang disewakan oleh pemilik gedung tersebut. "Jadi gedung ini bukan simbol yang layak untuk diserang dari segi ideologi," jelas Tito.
Kendati begitu, kata Tito, untuk bisa mengetahui lebih jelasnya soal motif ini maka harus menunggu penangkapan pelaku. "Kita tunggu dulu penangkapan pelakunya agar bisa memastikan motif dan yang lainnya," ujarnya.
Motif bom itu, kata Tito, hampir mirip dengan yang terjadi di Mal Alam Sutra Tangerang. Namun, untuk bom Alam Sutra motifnya hanya kepentingan dari segi bisnis. "Kalau bom di Duren Sawit, sepertinya campuran, antara kepentingan bisnis dan pribadi," kata mantan kepala Polda Papua itu.
Dia menduga, jika dilihat dari situasi dan lokasi kejadian kemungkinan karena ketidakpuasan orang terhadap manajemen yang ada di gedung itu. Atau kemungkinan ada hal-hal yang berkaitan dengan sewa menyewa.
Diberitakan sebelumnya, terjadi ledakan di Gedung Multipiranti Graha, pada Senin (16/11) dini hari. Ledakan tersebut menggunakan sebuah granat jenis Manggis. Granat yang biasa disebut granat genggam itu adalah peledak yang biasa digunakan untuk melumpuhkan dari jarak 10 sampai 30 meter. Akibat insiden ledakan itu seorang satpam terluka dan kini dirawat di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Jakarta Timur.