REPUBLIKA.CO.ID, Untuk kedua kalinya tahun ini Muslim Prancis melihat pembantaian di jalanan Paris oleh gerakan militan Islam dan mereka takut akan menderita sebagai akibatnya. Gelombang serangan kekerasan terjadi di Paris pada Jumat (13/11) lalu.
Ketika militan menewaskan 129 jiwa dan melukai 352 orang dalam serangan di sebuah gedung konser, bar dan stadion kemudian menyoroti minoritas Muslim terbesar di Eropa. Pemimpin komunitas Muslim segera mengecam pembantaian itu dan politisi menyalahkan gerakan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang melakukan kekerasan. Tapi Muslim biasa tetap merasa takut mereka akan disalahkan.
"Ketika Anda dilihat sebagai Muslim maka itu sulit. Cara orang melihat kami (Muslim) akan berubah lagi dan tidak menjadi lebih baik,’’ kata seorang mahasiswa doktor Iran di Paris Marjan Fouladvind seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Rabu (18/11).
(Baca: Mencekam, Terjadi Baku Tembak dalam Pengepungan Apartemen di Paris)
Ia bahkan merasa kadang-kadang lebih baik keliru dianggap sebagai seorang Yahudi dan bukan seorang Muslim karena kemudian ada sedikit masalah. Jamaah yang meninggalkan Masjid Agung Paris setelah doa juga khawatir bahwa umat Islam di Prancis akan disalahkan pada konflik yang berakar di Timur Tengah.
‘’Ada masalah di sana dan mereka tidak boleh diimpor ke sini," kata seorang pria bernama Soufiane.
(Baca: Ini Pesan Singkat dari Ponsel Pelaku Penyerangan Paris)