REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri furnitur merupakan industri penghasil nilai tambah tinggi dan devisa. Dalam lima tahun ke depan, industri furnitur bersama rotan ditargetkan mencapai 5 miliar dolar AS atau setara Rp 67,5 triliun dengan nilai tukar dollar terhadap rupiah Rp 13.500.
Kinerja ekspor pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan capaian membaik. Secara total pada tahun 2013 nilai ekspor furnitur kayu dan rotan nasional mencapai 1,8 miliar dolar AS dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 2,2 miliar dolar AS.
"Furnitur Indonesia memiliki prospek cerah, kita optmistis bisa menembus USD 5 miliar dalam lima tahun. Ini karena kita punya keunggulan sumber bahan baku alami yang melimpah, berkelanjutan serta didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal," ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin, Rabu, (18/11).
Menperin juga menyebut, penerapan Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015 dapat menjadi peluang bagi industri dalam negeri khususnya industri furniture dan kerajinan.
Untuk itu, pemerintah mendorong peningkatan daya saing industri melalui beberapa program hilirisasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Pemerintah juga tegas mengamankan pasokan bahan baku dengan mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor bahan baku kayu diatur dalam Permendag No. 44 Tahun 2012 tentang Barang Dilarang Ekspor. Sementara pelarangan ekspor bahan baku rotan diatur dalam Permendag No. 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan.
PASAR EROPA-AS-CINA
Promosi juga dikedepankan untuk mempopulerkan furniture di tingkat nasional maupun internasional untuk pameran furnitur internasional dilaksadibukan di luar negeri untuk menembus pasar Eropa, Amerika dan China. Begitu juga di dalam negeri seperti pameran Perfect Home 2015 yang dibuka pada hari ini.
Sementara itu tren furnitur dunia yang terus berubah dan berkembang menuntut perhatian tersendiri dari para pelaku industri ini. Menperin menekankan, dibutuhkan upaya menumbuhkan kesadaran inovasi, karya kreatif furnitur baru dengan inspirasi budaya lokal.
"Pengembangan desain dan motif diharapan yang mampu menyesuaikan selera pasar sebagai upaya peningkatan daya saing industri furniture dan kerajinan nasional yang sekaligus memperluas kesempatan kerja," ulas Menperin Saleh Husin