REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Konferensi International Conference of Islamic Sholars ICIS (ICIS) IV akan promosikan Islam moderat dan Pancasila kepada dunia internasional sebagai contoh implementasi nilai-nilai Islam di Indonesia.
Sekjen ICIS, KH Hasyim Muzadi mengatakan pemikiran moderat akan tergerus oleh pemikiran radikal dan liberal jika tidak dikelola dengan baik. Pascarefromasi, Indonesia menikmati kebebasan pers dan suasana demokrasi yang dinamis, tapi seiring dengan itu seluruh aliran dan pemikiran keagamaan masuk secara deras tanpa ada proses penyaringan. ”Perlu ada upaya kewaspadaan dan kehati-hatian dari pemerintah untuk mengantisipasinya, “ tutur mantan ketua umum PBNU ini kepada wartawan di Jakarta, Rabu (17/11).
Selain itu, ungap Hasyim, konferensi ini adalah respons terhadap problematika umat Islam di tingkat global dan berupaya untuk mencari solusi krisis yang tengan melanda dunia Islam itu. Ia menilai, setelah ekstrimitas dieksploitasi di Timur Tengah, yang terjadi adalah kehancuran agama dan negara, apapun alasannya. Ini diperburuk dengan perang kepentingan di kawasan itu, termasuk eksplorasi sumber daya alam, seperti minyak dan hegemoni politik.
Ia mengingatkan, tanda-tanda menjalarnya gejala itu di Indonesia sudah tampak dan harus segera dicegah. Menyadari tugas berat itu, ICIS dengan berbagai elemen tak terkecuali pemerintah untuk mencegah pengalaman serupa di Timur Tengah terjadi di Indonesia.” Hanya dengan moderasi, NKRI ini akan terjaga,” paparnya.
Konferensi ICIS ke-IV yang berlangsung di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang Jawa Timur ini akan berlangsung 23-25 November. Konferensi yang akan dibuka secara resmi oleh Presiden dan akan ditutup oleh Wakil Presiden RI ini akan dihadiri oleh 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara, 500 ulama seluruh Indonesia, para akademisi serta duta besar negara sahabat. Dua kepala negari jiran, Malaysia dan Brunei Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Najib Tun Abdul Razak dan Sultan Hasanal Bolkiah dijadwalkan hadir untuk menyampaikan keynote speech.