REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi menyetujui kesepakatan kerja sama 'tertutup' antarlayanan keamanan kedua negara, Rabu (18/11). Kesepakatan dicapai pascasebuah bom dilaporkan ditanam di pesawat penumpang Rusia yang akhirnya jatuh di Sinai.
"Sebagai upaya untuk menemukan pelaku kriminal yang terlibat dalam aksi teror pada maskapai Rusia, kerja sama tertutup telah disepakati antara layanan keamanan Rusia dan Mesir," kata Kremlin dalam pernyataan, dikutip Middle East Online. Kedua pemimpin membahasnya melalui saluran telepon.
Tujuan kesepakatan adalah untuk menjamin keamanan lalu lintas udara antar negara. Kesepakatan kemungkinan diterapkan secepat mungkin.
Pada Selasa (17/11), Moskow mengatakan untuk pertama kalinya pesawat Airbus Rusia yang lepas landas dari bandara Sharm el Sheikh Mesir jatuh karena bom. Pesawat tersebut jatuh di Sinai. Mesir tidak mengonfirmasi pernyataan keberadaan bom.
Kairo bersikeras menunggu hasil akhir investigasi kecelakaan yang menewaskan 224 penumpang dan kru tersebut. Otoritas Mesir juga mengatakan mereka meningkatkan keamanan di bandara seluruh negeri atas segala kemungkinan pesawat ditarget teroris.
Moskow telah menghentikan semua penerbangan ke Mesir pada 6 November agar Mesir meningkatkan keamanan bandara. Putin juga berjanji untuk menemukan dan mengadili pihak bertanggung jawab. Rusia belum menuduh kelompok mana pun atas serangan tersebut. Namun ISIS telah mengklaimnya.