Kamis 19 Nov 2015 07:07 WIB

ISIS Ingin Memecah Muslim Jadi Radikal dan Pro-Barat

Rep: Amri Amrullah/ Red: Erik Purnama Putra
Para militan ISIS (ilustrasi).
Foto: AP
Para militan ISIS (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, OXFORD -- Peneliti Pusat Studi Islam Universitas Oxford, Myriam Francois-Cerrah melakukan kajian terhadap ISIS. Menurut dia, kini organisasi tersebut pada tahap ingin memecah-belah umat Islam, seolah menjadi dua kelompok, yang di posisi radikal proserangan ISIS atau Muslim yang mendukung Barat dalam aksi invasi ke negara-negara Muslim.

Myriam menegaskan ISIS ingin mereka mendukung serangan ini, dan menerima setiap teror yang mereka lakukan, tembakan yang mereka muntahkan, pemboman yang direncanakan hingga pemenggalan kepala kelompok 'kafir'. (Baca: Pengakuan ISIS Upaya Membajak Islam Terlibat Teror di Paris)

Kelompok ini menamakan 'Daesh' yang berasal dari Bahasa Arab untuk Al-Dawla al-Islamiyah fi Irak wa al-Sham atau yang lebih dikenal dengan ISIS. Nama 'Dawla Islam'/Islamic State atau 'Negara Islam/ISIS' sengaja disematkan agar mereka mendapatkan pesan suci agama dalam setiap aksi teror mereka.

"Dengan demikian mereka mendapatkan pembagian dua kubu," kata Myriam dilansir The Telegraph, Rabu (18/11). Dua kubu tersebut, 'Kufur' bagi kelompok di luar Muslim serta wilayah abu-abu sebagai wilayah munafik bagi Muslim yang tidak ingin bergabung ke dalam ISIS. Dan 'Khalifa' bagi Muslim yang bergabung dan berperang atas nama ISIS.

Menurut Muslimah lulusan Oxford dan memeluk Islam pada 2003 ini, ISIS memang ditujukan ingin membagi dua kelompok tersebut. Ini sangat jelas dipaparkan melalui Majalah Propaganda ISIS, Dabiq mereka mengindikasi muslim yang menolak terorisme atas nama Islam sebagai 'munafik' dan 'murtad'.

"Sehingga tidak alasan bagi Muslim untuk independen dari entitas ini dan berjuang sebagai individu. Mereka yang bersikap netral akan menerima azab," tulis dalam paparan majalah Dabiq ini. Komentar ini sangat mirip dengan pernyataan George Bush Jr, 'Anda dengan kami, atau anda dengan Teroris' pascateror gedung WTC 2001.

Tujuan besar ISIS atas segala serangan ini, adalah menghancurkan keyakinan Muslim yang netral, berada di wilayah abu-abu. Sehingga membuatnya tidak mungkin menjadi Muslim di Barat.

Myriam mengungkapkan, ISIS akan menarget Muslim yang dianggap akomodatif terhadap Barat. Obsesi ISIS memusnahkan kelompok abu-abu ini, cara lain adalah dengan program rekrutmen bagi mereka mulai tertarik dengan sebuah negara utopis Islam. Memberikan mereka janji penebusan, atas permasalahan dan ketidakadilan dunia.

Mereka yang bergabung mudah untuk diidentifikasi Muslim muda dengan latar belakang bermasalah, tinggal di pinggiran kota yang sulit, dengan kasus kejahatan sebagai iming-iming penebusan kesalahan. "Perpindahan mereka ke kehidupan baru ini seperti keberangkatan tiba-tiba dari kehidupan sebelumnya yang tanpa arah dan suram," terang Myriam.

Ini terlihat pada salah satu pelaku teror Paris di Bataclan, Omar Mustefai. Ia adalah sosok sangat tidak religius. Dan pelaku lain, Ibrahim Abdeslam pemilik bar minuman beralkohol di Belgia yang menjadi pelaku bom bunuh diri, dalam waktu singkat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement