REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak AS merosot menjadi berakhir di dekat 40 dolar AS per barel pada Kamis (19/11) waktu setempat atau Jumat (20/11) pagi WIB, karena kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global terus menekan komoditas.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, ditutup turun 21 sen menjadi 40,54 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange setelah sebelumnya sempat jatuh di bawah 40 dolar AS per barel.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, naik empat sen menjadi menetap di 44,18 dolar AS per barel di perdagangan London.
Faktor utama di balik pelemahan minyak termasuk masih tingginya tingkat produksi minyak AS dan kuatnya produksi dari Arab Saudi serta anggota penting lainnya di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Para analis mengabaikan desakan Menteri Minyak Saudi Ali al-Naimi pada Kamis kepada para produsen untuk bekerja sama 'menstabilkan' pasar minyak.
"Pasar tidak menempatkan banyak kepentingan dalam komentar Menteri Minyak Saudi Ali al-Naimi bahwa Arab Saudi bekerja sama dengan produsen lain untuk menstabilkan harga minyak, melihat komentar itu sebagai lebih dari pernyataan 'keibuan' jangka panjang daripada komitmen untuk tindakan segera," kata Tim Evans, analis energi pada Citi Futures.
Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, mengatakan 40 dolar AS per barel telah menjadi "tingkat dukungan sulitt" secara psikologis dan dalam hal perdagangan teknikal.
"Risiko adalah bahwa kita dapat melewati posisi terendah yang baru-baru ini tercapai di musim panas," katanya. Melek mengatakan penurunan dolar pada Kamis memberikan dukungan untuk minyak, yang diperdagangkan di pasar internasional dalam mata uang AS.