REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Beberapa tersangka dalam serangan Paris mengambil keuntungan dari krisis migran Eropa dengan menyelinap tanpa disadari.
Perdana Menteri Prancis memperingatkan Uni Eropa mengambil tanggung jawab atas pengawasan perbatasan.
Manuel Valls mengatakan, zona Schengen akan berada dalam bahaya di blok tersebut jika tidak meningkatkan pengawasan perbatasan. Hal ini diungkapkan Valls mengingat dalang serangan Paris telah berhasil masuk Eropa tanpa diketahui.
Sebelumnya, Abdelhamid Abaaoud yang merupakan warga Belgia asal Maroko yang terkait dengan serangkaian rencana komplotan ekstremis di Eropa selama dua tahun terakhir tewas dalam penggerebekan polisi di sebuah apartemen di utara Paris, Rabu (18/11).
Baca Abaaoud Terlibat dengan Empat Rencana Serangan di Prancis
Perdebatan terjadi karena kegagalan yang membuat Abaaoud masuk. Valls mendesak negara tetangga Prancis memainkan peran mereka dengan baik. Ia mengatakan, seluruh sistem Schengen akan dipertanyakan jika Eropa tidak bertanggung jawab untuk menjaga perbatasan.
Sistem Schengen memungkinkan perjalanan paspor bebas antara 26 negara, tetapi mendapat tekanan berat tahun ini karena krisis migrasi sejak Perang Dunia II. Lebih dari 800 ribu migran dan pengungsi telah tiba tahun ini.
"Orang-orang mengambil keuntungan dari krisis pengungsi, kekacauan, mungkin untuk beberapa dari mereka menyelinap ke Prancis, yang lain sudah di Belgia," katanya seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat (20/11).
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan Paris tidak menerima informasi dari negara-negara Eropa lain tentang kedatangan Abaaoud di benua itu. Padahal, ia menjadi subjek dalam surat printah penangkapan internasional.
Sumber polisi mengatakan ada yang membantu pria 28 tahun itu ke gedung apartemen di mana ia tewas dengan seorang sepupu perempuan yang melakukan bom bunuh diri, Rabu (18/11).
Baca
Diancam Bom Bunuh Diri ISIS, Malaysia Tingkatkan Pengamanan