REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Pemimpin National League for Democracy (NLD) Aung San Suu Kyi bertemu dengan mantan jenderal berpengaruh dalam parlemen Myanmar. Keduanya melakukan pembicaraan kunci mengenai bagaiamana negara bergerak dari dekade pemerintahan militer menuju demokrasi pascapemilihan umum bulan ini.
Seperti dilansir laman The Guardian, Suu Kyi menggelar pertemuan tertutup dengan Shwe Mann pada Rabu (18/11). Pasangan ini sepakat untuk sejumlah tujuan bersama yang kemudian dirilis dalam sebuah pernyataan oleh NLD, termasuk perihal rekonsiliasi nasional, perdamaian dan kelancaran parlemen selama masa transisi politik negara tersebut.
"Kami sedang mengerjakan hal-hal penting bagi negara," kata juru bicara NLD Win Htein. Menurutnya, Suu Kyi telah meminta tiga diskusi rekonsiliasi nasional termasuk dengan presiden dan kepala militer.
Seperti diketahui, ketidakpastian membayangi penyerahan kekuasaan di Myanmar setelah NLD menyapu kemenangan pada pemilu 8 November lalu. Ada kegelisahan atas transisi Myanmar, khususnya setelah Suu Kyi dilarang mencalonkan sebagai presiden.
Shwe Mann selama ini disebut-sebut sebagai calon yang potensial berkompromi, tapi ia digulingkan dari kepemimpinan Partai Union Solidarity and Delepoment (USDP) pada Agustus. Ia kemudian kehilangan kusi konstituen dalam parlemen. Namun Shwe Mann masih berpengaruh sebab memimpin parlemen nasional gabungan.
Suu Kyi juga telah meminta diselenggarakannya pembicaraan dengan Presiden Thein Sein dan Kepala Militer Min Aung Hlaing. Kedua pria tersebut telah sepakat bertemu, mereka bahkan telah mengucapkan selamat atas kemenangan Suu Kyi.
Namun tanggal pembicaraan belum ditetapkan dan pejabat di kantor presiden mengindikasikan hal ini bisa memakan waktu beberapa pekan untuk mewujudkannya. Myanamar kembali dibayangi insiden pemilu 1990, saat kemenangan NLD diabaikan junta yang berkuasa.