REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kapal Portugis Flor de la Mar (Mawar Lautan) kandas di perairan Indonesia di dekat Selat Malaka. Sampai kini jejak karam kapalnya masih misterius. Kapal yang dalam perutnya mengangkut harta karun itu menjadi buruan pemburu harta karun internasional.
Satu tim peneliti muda dari Universitas Indonesia (UI) kini berupaya melacak jejak Flor de la Mar. Pada Jumat (20/11) mereka mempresentasikan hasil awal penelitian dokumennya dalam Seminar Nasional Arkeologi di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI.
Yudi Bachrioktora, anggota tim peneliti muda, mengatakan Flor de la Mar diketahui karam di daerah yang dikenal dengan nama Titik Berlian, Selat Malaka. Atau di Indonesia dikenal dengan sebutan Tanjung Jamboair.
"Dengan demikian valid bahwa kapal tersebut karam di perairan Indonesia," katanya. Sebelumnya kapal memang diduga karam di perairan Malaysia.
Flor de la Mar karam pada Desember 1511 saat dalam perjalanan ke Goa, India. Nahkoda kapalnya adalah pelaut terkenal dari Portugis Alfonso de Albequerque. Alfonso adalah orang Portugis dan Eropa pertama yang berhasil menguasai Selat Malaka yang menguntungkan Portugis.
Yudi mengatakan kapal karam setelah melewati wilayah Kerajaan Haru (Aru) di pantai timur Sumatera. Kerajaan Haru dan Malaka merupakan saingan berat dalam hal perdagangan internasional dan tempat singgah kapal dari barat dan timur.
Di mana letak pastinya kapal karam Flor de la Mar? Yudi mengatakan belum ditemukan fisik kapal karam tersebut.
Seperti dikutip Antara, Juli lalu, arkeolog UI Ali Akbar menyatakan Ekspedisi Arkeologi Maritim Indonesia dirancang untuk memetakan lokasi kapal karam di seluruh Indonesia. Menurut dia, letak Indonesia yang menjadi perlintasan laut sejak dahulu kala tidak semuanya sukses dilayari karena berbagai sebab.
"Cukup banyak kapal tenggelam misalnya kapal Portugis, Belanda, dan Cina dari periode tahun 1500-1800 yang diperkirakan mencapai 400 kapal yang tenggelam di perairan Indonesia. Jumlah tersebut dapat mencapai angka yang lebih besar jika dihitung juga periode sebelum dan sesudahnya," katanya.
Menurut Ali Akbar, untuk tahap awal, pihaknya akan berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait dan pemerintah daerah. Selanjutnya, perairan akan dibagi menjadi beberapa wilayah survei.
"Wilayah yang akan disurvei terlebih dahulu adalah di sekitar Pulau Sumatera bagian utara yang juga mengincar muatan kapal-kapal yang diduga karam di wilayah ini. Selat Malaka sejak dulu merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Salah satu kapal yang paling menjadi incaran para pemburu harta karun di kapal tenggelam adalah Flor de la Mar atau Flower of the Sea," katanya.
Flor de la Mar adalah kapal yang paling dicari karena pada saat tenggelam tahun 1511 memuat harta benda yang diboyong Portugis setelah menaklukkan Kerajaan Malaka. Pada saat berlayar menuju Portugis, kapal ini diperkirakan diterjang badai di sekitar Aceh dan sejak itu tidak pernah terlacak lagi keberadaannya.