REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Bank Dunia, Bank Pembangunan Islam (IDB), dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menilai skema sukuk, obligasi dan hibah bisa mempercepat pemulihan pasca konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara Hafez Ghanem menuturkan, target investasi di sektor pendidikan, infrastuktur dan penciptaan lapangan kerja merupakan titik-titik penting yang membelit pengungsi. Bantuan kemanusiaan saja tidak cukup untuk mengatasi ancaman hilangnya satu dua generasi itu.
Dalam tiga dekade karirnya, Ghanem mengaku belum pernah mendapati permintaan bantuan sedemikian besar dari negara berpenghasilan menengah seperti saat ini. Bank Dunia, IDB dan PBB meminta negara donor untuk menerbitkan surat berharga, termasuk sukuk untuk proyek bantuan ini.
Sukuk akan ditujukan bagi investor di sekitar Timur Tengah dan akan disalurkan untuk area konflik mulai dari Suriah, Irak, Yaman, dan Libia. ''Kalau semua pihak sudah sepakat, program ini tidak untuk jangka pendek. Implementasinya pun perlu segera,'' kata Ghanem seperti dikutip Reuters, Kamis (19/11).
Proses memilihan prioritas proyek rekonstruksi sedang berlangsung dengan Yaman sebagai negara prioritas. ''Kami masih perlu melakukan finalisasi bersama Bank Dunia,'' kata Presiden IDB Ahmad Mohamed Ali.
Karena bertujuan sosial, surat berharga diterbitkan pun memberi imbal hasil tak sebesar proyek komersial.