Ahad 22 Nov 2015 08:35 WIB

Anastasiya Aisha Korchagina, Terpikat Budaya Arab dan Ketimuran

Rep: C38/ Red: Winda Destiana Putri
Muslim di Rusia
Foto: Youtube
Muslim di Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perlahan tapi pasti, Islam tumbuh di Rusia. Sekarang, ada lebih dari sepuluh ribu Muslim etnis Rusia di negara itu.

Anastasiya Aisha Korchagina salah satunya. Aisha sudah masuk Islam selama empat setengah tahun. Sebelumnya, dia seorang Kristen Ortodoks. Dia dibaptis dengan keinginan sendiri pada usia 19 tahun. Dia juga rajin pergi ke gereja.

Menurut Aisha, ada tiga alasan utama orang masuk Islam. Yang pertama, pengaruh dari pasangan, keluarga, atau teman. Kedua, pencarian dan pilihan agama. Ketiga, pencerahan atau karunia Allah. Aisha mengalami yang kedua. 

Lima tahun yang lalu, atas kehendak-Nya, dia mulai menghabiskan banyak waktu dengan Muslim dan etnis Muslim. Ia melihat ada kesamaan pola berpikir dan cara pandang dengan mereka. "

Ide-ide dan kesimpulan kami sangat mirip," kisah dia.

Aisha ingat, suatu kali dia terus terngiang-ngiang dengan satu kalimat selama tiga hari. Dia tidak bisa mengenyahkan kalimat itu dari benaknya. Dia berjalan, menggumamkan pada diri sendiri, sambil setengah menyenandungkannya.

Sampai di beberapa titik, Aisha menyadari bahwa dia perlu mencari tahu kalimat apa itu. Dia ketik di mesin pencari, ternyata itu kalimat syahadat. Bagaimana memahami ini? Dia tidak tahu persis, tapi itulah cara Islam masuk ke dalam hidupnya. Ia lalu memutuskan untuk mengenal Islam lebih jauh dan memeluk Islam.

Interaksi Aisha dengan Muslim sebenarnya sudah berlangsung lama. Pada 1996, dia pernah meyakinkan suaminya melakukan perjalanan ke Istanbul. Ia beralasan, 'Istanbul adalah kota yang indah'.

Aisha mengaku, ia memang selalu menyukai Arab, budaya timur, dan arsitekturnya. Kedua suami istri itu pun pergi. Di sana, Aisha bertemu banyak Muslim dan budaya Muslim.

Di sebuah toko di Antalya, Turki, dia membeli paranja. Paranja adalah pakaian tradisional perempuan Asia Tengah, yang menutup seluruh tubuh dan wajah. Semacam, burqa. Aisha sadar itu bagian dari kebudayaan agama lain, tapi dia tetap membelinya dan membawa pulang ke Moskow. Menurut dia, mungkin itu semua jalan yang membuka hatinya kepada Islam.

Aisha dan suami menikah selama 14 tahun, kemudian bercerai. Delapan bulan kemudian, dia mengucapkan syahadat dan menikah lagi. Kali ini, ia menikah dengan seorang pria Muslim. Berbicara Islam, kata Aisha, ia meyakini agama itu yang terbaik. Dalam Islam, kita tidak memerlukan siapapun untuk berbicara dengan Tuhan. Imam adalah pemimpin spiritual, guru, dan kepercayaan kita, tetapi bukan perantara kita. Itu hal utama yang membuat Aishatertarik.

Entah kebetulan atau bukan, Aisha mengucapkan syahadat tiga hari setelah insiden peledakan bom di Bandara Domodedovo pada 2011. Teman-temanya terkejut saat itu. Mereka benar-benar ketakutan. Mereka mengira Aisha telah berada di bawah suatu pengaruh buruk dan sedang bersiap-siap untuk meledakkan diri juga. Seiring waktu, kata Aisha, semua berangsur-angsur membaik. Pada akhirnya, semua orang tenang.

"Sekarang semua baik-baik saja," ucap perempuan itu.

Aisha mengaku tidak suka membaca tentang Islam di internet. Menurut dia, banyak hal buruk tertulis di sana. Sangat mudah bagi mualaf untuk jatuh di bawah pengaruh buruk atau ide-ide palsu.

"Saya beruntung, punya guru dan suami yang baik," kata dia menambahkan. Perempuan yang berprofesi sebagai trainer manajemen itu berharap ada lebih banyak orang Rusia yang masuk Islam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement