Ahad 22 Nov 2015 09:49 WIB

Ivan Akhmad Platonov, Jatuh Hati dengan Film Sahabat Nabi

Rep: C38/ Red: Winda Destiana Putri

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Ivan Akhmad Platonov adalah seorang pengusaha muda berusia 20 tahun. Orang tuanya Muslim Rusia.

Ayahnya memeluk agama Islam pada tahun 1990-an. Waktu itu, ia menjalin hubungan bisnis dengan seorang mitra dari Chechnya.

Ayahnya tertarik dengan cara hidup mereka, kemudian mulai mengunjungi masjid. Pada akhirnya, ia memutuskan pindah agama. Ibunya ikut memeluk Islam pada waktu belakangan. Kendati begitu, orang tuanya tidak pernah memaksakan pilihan agama. Pemuda itu bebas menentukan pilihan sendiri.

Jalannya kepada Islam dimulai dua setengah tahun yang lalu. Kehidupan Ivan di Lyublino, pinggiran Moskow, sangat buruk pada saat itu. Ia perokok, pemabuk, pecandu narkoba, dan melakukan seks bebas.

Tapi, Ivan menyadari hidupnya harus berubah. Ia kemudian mulai rutin berolah raga dan mengakhiri kebiasaan buruknya. Suatu hari, di rumah orang tuanya, ia menonton sebuah film tentang para sahabat Nabi. Ia menyukai penuturan film itu tentang cara hidup para sahabat.

"Saya membandingkan kehidupan saya di sini dengan kehidupan mereka di sana. Saya sadar, saya ingin seperti itu. Sesederhana itulah cara saya pindah ke Islam terjadi," kata Ivan

Sejak awal, Ivan mengaku memang tidak terlalu tertarik pada Kristen. Walaupun saat itu dia tengah berkencan dengan seorang gadis Kristen, ia telah melihat teladan Islam dari orang tuanya. Itu sebabnya, dia juga langsung memperhatikan Islam.

Ivan mengatakan dia benar-benar mencintai gadis itu. Karena itu, dia juga membaca buku-buku tertentu tentang Kristen sehingga paham saat berbicara dengan kekasihnya.

"Saya terganggu bahwa dia seorang Kristen. Tapi, yang penting, dia percaya pada Tuhan. Jika semuanya lancar, kami akan menikah, kemudian saya akan membuktikan padanya bahwa Islam adalah jalan yang benar," kata dia memaparkan.

Bagi Ivan, Islam tampak sangat logis. Islam sangat sederhana. Agama itu hanya mengenal satu Tuhan Yang Esa. Tidak ada pertentangan di dalamnya. Menurutnya, hidup di bawah naungan Islam berarti berpikir bagaimana kita dapat memberi orang lain.

"Tidak mengambil, tetapi memberi. Saya masih berjuang untuk yang satu itu."

Setelah menjadi Muslim, ia mengaku hidupnya berubah. Lingkaran teman-temannya telah benar-benar berubah. Teman-teman lamanya setuju ketika mereka melihat bagaimana dia berubah. Kendati, mereka masih terus melakukan kebiasaan buruk yang sama.

Ivan juga mulai memikirkan karir. Pemuda itu bertemu seorang mitra di Moskow Islamic College. Mereka kemudian menjalin hubungan bisnis. Kini, Ivan sudah membuka usaha sendiri.

"Saya benar-benar melakukan perbaikan diri. Saya tidak membuang-buang waktu pada hal-hal sepele. Rumah saya lebih rapi. Saya menjadi lebih rajin bekerja," tutur dia.

Pemuda itu ingin melakukan segala sesuatu sebaik mungkin untuk memastikan dia tidak malu dengan hasil perbuatannya. Dia tidak ingin orang berpikir, "Lihat, (hal buruk) itulah yang dilakukan seorang Muslim."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement