Ahad 22 Nov 2015 10:43 WIB

Klavdia Hadidja, Membantu Perempuan Mualaf di Rusia

Rep: C38/ Red: Winda Destiana Putri
Ribuan umat muslim di Rusia melaksanakan Shalat Idul Adha 1436 H di Masjid Agung Moskow atau Moskovskiy Soborniy Mecet, Kamis (24/9).EPA/YURI KOCHETKOV
Foto: EPA/YURI KOCHETKOV
Ribuan umat muslim di Rusia melaksanakan Shalat Idul Adha 1436 H di Masjid Agung Moskow atau Moskovskiy Soborniy Mecet, Kamis (24/9).EPA/YURI KOCHETKOV

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Masih dari komunitas mualaf Rusia, ada Klavdia Hadidja yang masuk Islam sepuluh tahun lalu.

Hadidja lahir dari keluarga yang sama sekali tidak religius. Dia tidak pernah punya pengalaman keagamaan. Ia berasal dari keluarga kelas menengah Soviet. Ibunya mendidik anak-anaknya sendiri. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah.

Hadidja mulai mengenal Islam setelah berbincang dengan bosnya di perusahaan Arab. Orang-orang di perusahaan itu mengenalkannya pada Islam. Mereka berbicara tentang cara hidup. Hadidja terkesan dengan cara hidup Muslim. Sebagai perempuan yang besar di pinggiran kota, ia mendapati sejumlah persamaan keyakinan. Misalnya, tentang pentingnya kehormatan dan martabat.

Jalan Hadidja masuk Islam sangat sederhana. Suatu hari, dia memutuskan mengucapkan syahadat. ia pulang ke rumah dan berkata, “Ma, aku masuk Islam.” Reaksi ibunya sangat tenang. Dia memanggilnya ‘kafir’, tetapi dengan nada bercanda. Ibunya sudah cukup senang Hadidja tidak menjadi pecandu, tidak tidur di luar rumah, atau mabuk-mabukan. Yang terpenting, anaknya masih mematuhi dan menghormati orang tua.

Hadidja merasa sangat bahagia ketika mengucapkan syahadat. Dia mulai shalat dan mengenakan jilbab. Meski, pada awalnya hanya sehelai selendang yang diikat di belakang leher. Ia merasa kehidupannya berangsur-angsur lebih baik. Hadidja seorang single parent dengan tiga anak. Pernikahannya tidak berhasil. Dalam Islam, ia menemukan kedamaian dan saudara sesama Muslim.

Perempuan itu mengaku menyetujui poligami. Menurut dia, poligami adalah jalan keluar. “Saya tidak yakin akan memiliki kesempatan untuk menikah lagi di dunia sekuler. Siapa yang menerima seorang perempuan usia 30 tahun dengan tiga anak? Tapi, dalam Islam, saya bisa menjadi istri kedua, bahkan memilih suami untuk diriku sendiri,” kata Hadidja mengungkapkan alasannya.

Perempuan itu menuturkan, anak-anaknya tahu tentang Allah dan Islam. Hadidja mendidik mereka untuk bersabar dan bersyukur atas segala sesuatu yang mereka dapatkan. Putrinya juga memakai jilbab. Pernah suatu kali, tutur Hadidja, ketika putrinya bermain bola salju di sekolah, dia bosan dan berhenti. Anak-anak lain mulai berteriak. “Lari, atau mereka akan memukulmu!” Putrinya menjawab, “Jika Allah tidak menginginkannya, mereka tidak akan memukul saya.”

Ibu tiga anak itu berpendapat, Islam di Rusia terus tumbuh. Islam di Rusia juga bisa dipraktikkan dengan murni. Pasalnya, kata dia, Rusia tidak memiliki tradisi nasional yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hadidja bisa melihat kecenderungan orang-orang mulai tertarik dan mengunjungi komunitas Muslim.

Kini, perempuan itu menjabat wakil direktur Aisha Women’s Club di Moskow. Ia bersama komunitasnya mengelola bantuan darurat untuk para perempuan Rusia yang terusir dari keluarga mereka setelah masuk Islam. Tak jarang, mereka mengalami kisah-kisah mengerikan.

“Kami membantu mereka selama bertahun-tahun, membantu mereka beradaptasi, dan menjalin hubungan baru dengan orang-orang. Kadang-kadang, kami juga membantu mereka secara finansial,” tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement