REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ketua Panitia Nasional Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fat Hariyanto Lisda mengungkapkan total anggaran yang disusun panitia dalam proposal yang diajukan sudah sesuai. Dia menegaskan tidak ada manipulasi anggaran kongres.
Fat Hariyanto mengatakan ada banyak dampak positif dengan terselenggaranya Kongres HMI di Pekanbaru, Riau. "kongres ini, dari segi perekonomian atau perputaran uang yang terjadi di Pekan baru nantinya banyak dampak positifnya. Hotel dan rumah makan, misalnya, bakal terbantu," ujarnya, Ahad (22/11).
Kongres HMI ke XXIX disebut-sebut menelan anggaran hingga Rp 7 miliar. Dari pemeritah provinsi Riau yang menjadi tuan rumah, organisasi ini mendapat bantuan dari APBD Rp 3 miliar. Anggaran tersebut sebelumnya diajukan sebesar Rp 5,3 miliar. Sedangkan, sisanya dari dana APBN, bantuan alumni dan pihak swasta. Jika ditotal, anggaran penyelenggaraan Kongres disebut-sebut mencapai Rp 7 miliar. (Baca Juga: Seperti Ini Kongres HMI dengan Anggaran Rp 7 Miliar).
Informasi perincian pengeluaran acara kongres yang dihimpun Republika.co.id terdiri atas biaya akomodasi Rp 1,2 miliar, transportasi Rp 983 juta, perlengkapan Rp 828 juta, dan keamanan Rp 220 juta. Lalu, biaya penampilan seni budaya Rp 144,5 juta, acara Rp 392 juta, administrasi kesekretariatan Rp 853 juta, dokumentasi Rp 37 juta, operasional panitia dan pimpinan sidang serta tamu undangan Rp 465 juta, dan publikasi sebesar Rp 200 juta.
Besarnya anggaran Kongres HMI ini langsung menjadi sasaran kritikan lembaga setempat. Sebelumnya, Usman, koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Riau, menyatakan, anggaran yang berasal dari dana bantuan sosial tersebut sangat tidak wajar disalurkan untuk seukuran organisasi mahasiswa. "Anggaran daerah sebanyak itu dan hanya untuk organisasi mahasiswa sangat tidak wajar," kata dia.
Usman kemudian membandingkan dana yang digelontorkan ke Kongres HMI dengan anggaran penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang hanya Rp 1,4 miliar per tahun.