REPUBLIKA.CO.ID, TURMUSAYA -- Panen buah zaitun adalah saat-saat yang menyenangkan bagi warga Palestina di Tepi Barat. Najla Nassan dan enam saudaranya menganggap masa panen adalah kesempatan langka untuk bisa bercengkrama.
Mereka bisa mengobrol, bergurau dan tertawa seakan tak ada konflik apa pun sambil menyisir buah zaitun untuk kemudian disimpan dalam plastik di tanah. Sore harinya, mereka membawa buah tersebut ke tempat pemerasan zaitun.
"Ini bukan musim yang buruk, bukan yang terbaik, tapi tidak buruk juga," kata Nassan.
Ia menjelaskan pohon-pohon di ladang telah menghasilkan banyak zaitun. Meski musim panas tak biasa yang terjadi tahun ini telah membuatnya lebih berair.
Nassan bercerita, biasanya ia dan saudara-saudaranya bekerja sejak pukul delapan pagi selama tiga hari. Namun. kondisi yang sering hujan membuat mereka tak bisa menyelesaikan pekerjaan.
"Kami butuh minimum dua pekan untuk menyelesaikannya," kata dia sambil menunjuk awan gelap pertanda akan hujan.
Ladang zaitun milik keluarganya itu berada di distrik Ramallah, antara desa Palestina al Mughayir dan Turmusaya yang merupakan area ilegal Israel Adei Ad. Area tersebut didirikan pada 1998. Militer Israel melarang warga Palestina masuk area di sekitarnya.
Baca: Polisi Tangkap 10 Orang dalam Protes Anti-Islam Australia