Senin 23 Nov 2015 21:55 WIB

Empat Eks-Manajer Petral Dinonaktifkan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto berbicara usai konferensi pers mengenai Laporan Hasil Forensik Petral di Jakarta, Senin (9/11).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto berbicara usai konferensi pers mengenai Laporan Hasil Forensik Petral di Jakarta, Senin (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  PT Pertamina (persero) menonaktifkan empat orang mantan pekerja di Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto menyebutkan, empat orang ini dulunya menduduki jabatan sebagai manajer di Petral. Kini, empat eks-manajer ini telah ditarik ke lingkup usaha induk Pertamina. (Baca Juga: KPK Belum Prioritaskan Kasus Petral).

Dwi menjelaskan, hasil audit forensik dan investigasi yang dilakukan oleh auditor internasional Korda Mentha menyimpulkan bahwa keempat orang yang dinonaktifkan ini teridentifikasi melakukan kerja sama dengan pihak luar untuk mempermainkan harga. Akibatnya, Pertamina harus membeli dengan harga yang tidak kompetitif.  "Ini yang membuat kita harus membeli yang lebih mahal," jelas Dwi usai menemui Komisi VII DPR, Senin (23/11). 

Dwi menambahkan, pascaaudit Petral yang telah selesai pada akhir Oktober lalu, pihaknya akan melakukan sejumlah corporate action untuk mencegah kegiatan perburuan rente ini berulang di seluruh unit bisnis Pertamina. Salah satunya, dengan "membersihkan" seluruh nama-nama yang terlibat dalam permainan mafia migas, berdasarkan hasil audit. 

Penonaktifan ini pun, Dwi mengatakan, tidak akan berhenti sampai di sini saja. Pertamina bisa saja memberlakukan pemecatan kepada pihak-pihak tesebut apabila memang dinilai harus dipecat. Saat ini, Dwi mengatakan, pihaknya tengah menilai seberapa besar keterlibatan oknum-oknum ini. 

 

"Dan personil-personil yang misalnya kemarin disebut, masih belum bisa kerjasama kita akan laksanakan investigasi lanjutan. Hingga bisa didapat hal hal yang lebih jelas. Dan tentu saja yang bersalah akan kami ambil tindakan," katanya. 

Seperti dibedakan sebelumya, Pertamina telah mengajukan berkas hasil audit kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pertamina sendiri mengakui adanya praktik perburuan rente di masa Petral berdiri. Praktik ini menyebabkan pembelian BBM oleh Pertamina menjadi lebih mahal, dan sebagian masuk ke kantong si mafia migas. Pertamina sendiri juga didesak untuk melakuan audit lebih lama, tidak sebatas sampai 2012 saja.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement