Senin 23 Nov 2015 23:03 WIB

'Ilmu Titen' Wanti-wanti Petani Hadapi Serangan Hama

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Karta Raharja Ucu
Panen Padi
Panen Padi

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -– Sebagian petani di wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, merugi memasuki awal musim hujan tahun ini. Sebab, datangnya musim pancaroba kali ini bersamaan merebak penyebaran serangan hama tanaman penggerek batang.

Berdasarkan 'ilmu titen', atau pengalaman selama bertahun-tahun ini, datangnya musim hujan dibarengi penyebaran hama penggerek batang tanaman padi. Curah hujan yang belum maksimal ini saja, penyebaran hama sudah mencapai 112 hektar. Diperkirakan serangan semakin meluas, seiring tingginya curah hujan.

Dinas Petanian (Dispertan) Kabupaten Klaten, sebenarnya sejak dini sudah mewanti-wanti petani. "Mereka diminta waspada terhadap serangan musiman penggerek batang tanaman," kata Sunarno, Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (PPOPT) Dispertan Klaten, Selasa (23/11).

 

Data dari Dispertan menyebutkan, hingga pertengahan November luas lahan yang ditanami padi, 9.899 ha. Dari luas tersebut, 112 ha diserang hama penggerek batang. Lahan pertanian yang diserang penggerek batang, di antaranya di Kecamatan Wonosari dengan luas serangan 18 ha, Kecamatan Kebonarum 16 ha, Kecamatan Ngawen 12 ha, serta Karangnongko 11 ha.

Menurut Sunarno, tanaman padi yang diserang itu rata-rata berumur 15-55 hari. Bila tanaman padi terserang hama langsung meranggas. Batang tanaman layu. Terus mati. Petani rugi, karena harus melakukan tanam ulang lagi. Tentu butuh biaya lagi.

Serangan penggerek batang, menurut Sunarno, belakangan cenderung meningkat. Sebelumnya, serangan penggerek batang hanya pada lahan pertanian seluas 90-an ha. Kemudian meluas ke areal wilayah lain yang sudah melakukan musim tanam padi.

Kaitannya dengan ini, pada musim akan datang serangan itu lebih pada penggerek batang. Karena penggerek batang itu mengalami diapause atau masa penangguhan pertumbuhan secara spontan pada serangga. Saat kemarau, ulat penggerek batang berada dalam tanah. Ketika ada hujan, ulat itu keluar, dan berubah wujud menjadi kepompong ngengat. Ketika curah hujan mencukupi, menjadi kupu. Nantinya meletakkan telur pada batang atau daun tanaman padi.

Sunarno meminta, agar petani memasuki musim hujan tak langsung melakukan penanaman padi pada lahan pertanian. Harapanya, petani ketika hujan jangan langsung membuat persemaian. Diberi jeda sekitar 10 hari baru menyebar benih. Ini dilakukan untuk menghindari peletakan telur dari kupu-kupu.

Sunarno mengatakan, pada tanaman muda serangan hama penggerek batang tak terlalu menghawatirkan. Hal ini lantaran masih memungkinkan tumbuh tunas baru dari batang yang diserang hama. Namun, saat fase generatif itu sudah tidak bisa muncul tunas baru. Makanya, harus hati-hati dengan serangan hama ini ketika tanaman sudah mulai dewasa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement