REPUBLIKA.CO.ID, MALANG—Indonesia berpotensi dan berpeluang besar mengambil porsi besar dalam agenda besar mempromosikan moderasi Islam kepada dunia internasional.
Indonesia, ungkap ungkap Wakil Menteri Luar Negeri, AM Fachir, adalah bangsa paling kaya sedunia dengan keragamannya, berpenduduk mayoritas Muslim, dan negara demokrasi terbesar ketiga. Konstitusi Indonesia, mengamanatkan untuk membangun dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian, keadilan dan kesejateraan bersama. Ia mengingatkan akan kebangkitan terorisme yang antaralain dipicu oleh ketimpangan dari ragam faktor di atas.
“Kita dilihat sebagai miniatur bagaimana keragaman, Islam, dan demokrasi saling bersandingan,” paparnya saat membuka Konferensi ke-4 International Conference of Islamic Scholars (ICS) di Malang, Senin (23/11).
Menurut Fachir, Indonesia mewarisi tradisi berdialog, toleransi, dan kearifan lokal yang menjadi modal sosial luarbiasa untuk saling merekatkan satu sama lain dan media efektif untuk membangun perdamain dan menyelesaikan konflik. Pemerintah terus berupaya untuk menginisiasi beragam agenda dialog baik dalam dan luar negeri. Belum lama ini, RI menggelar dialog peradaban dan lintas agama dengan 25 negara.
Konferensi ICIS ke-IV yang berlangsung di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang Jawa Timur ini berlangsung 23-25 November. Konferensi dengan tema “Upholding Islam as Rahmatan Lil Alamin (Blessing for Universe): Capitalizing Intellectuality and Spirituality toward the Better Life for Human Beings” ini dihadiri oleh 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sempat dijadwalkan membuka perhelatan ini namun tertunda, berkenan untuk menutup konferensi tersebut.