REPUBLIKA.CO.ID, MALANG— Agenda mempromosikan moderasi Islam, tak akan mereduksi sedikitpun keagungan dan nilai luhur Islam. Justru, sebenarnya, wasathiyah itulah prinsip yang ditekankan oleh Islam.
Menteri Agama Brunei Darussalam, Dato Haji Badaruddin bin Dato Haji Othma, sepakat bila kampanye moderasi Islam mendesak dilakukan tentu dengan cara-cara yang efektif, elegan, terintegrasi, dan menarik. Penghayatan dan implementasi yang baik terhadap Islam dengan sendirinya akan memperkenalkan keluhuran agama ini.
Ia mencontohkan, pola interaksi antara Muslim dan non-Muslim di Brunei, bersifat pragmatis dan realistis. Qanun Jinayah Syariat yang diundangkan pada 2013, mendapat penerimaan secara luas, dari berbagai kalangan, tak terkecuali non-Muslim.”Pendekatan kesederahaan tentang moderasi Islam itu tetap harus dipertahankan,” katanya dalam Konferensi ICIS ke-4 di Malang, Senin (23/11).
Bahkan ia menyebutkan, dakwah Islam yang ramah dan lembut di Brunei, berhasil memberikan dampak yang sangat luarbiasa. Tak kurang dari 500 non-Muslim menyatakan ikrar syahadat, tanpa paksaan."Mereka terkesan dengan wajah Islam yang damai dan sejuk," tuturnya.
Konferensi ICIS ke-IV yang berlangsung di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang Jawa Timur ini berlangsung 23-25 November. Konferensi dengan tema “Upholding Islam as Rahmatan Lil Alamin (Blessing for Universe): Capitalizing Intellectuality and Spirituality toward the Better Life for Human Beings” ini dihadiri oleh 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sempat dijadwalkan membuka perhelatan ini namun tertunda, berkenan untuk menutup konferensi tersebut.