REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesatuan aksi buruh dari sejumlah serikat buruh mengadakan aksi unjuk rasa sekaligus mogok kerja mulai dari tanggal 24 hingga 27 November 2015. Akibat aksi itu, semua pabrik di kawasan industri pulo gadung menghentikan produksinya.
Berdasarkan pantauan Republika, kawasan industri tersebut yang biasanya ramai oleh hilir mudik truk berganti dengan motor-motor buruh yang hendak berdemo. Nyaris tidak ada truk yang melintas di sepanjang salah satu kawasan industri terbesar di Jakarta itu. Pabrik-pabrik pun terpantau sepi dari kegiatan produksi. Bahkan tidak ada suara bunyi mesin produksi yang biasanya terdengar di kawasan tersebut.
Dengan adanya aksi unjuk rasa, para buruh dari sejumlah serikat seperti Federasi Serikat Pekerja Otomotif Indonesia (FSPOI), atau Federasi Serikat Pekerja Pekerja Aneka Sektor Indonesia (FSPASI).
Chaerul, salah satu buruh mendukung demo itu dengan mengatakan dirinya ingin merasakan kenaikan upah. Menurutnya, gaji yang ia terima saat ini tidak sesuai dengan pengeluarannya. "Saya lakukan aksi ini supaya pemerintah mendengar keluh kesah kami sebagai rakyat yang kesulitan terjerat dalam hidup ini," katanya pada Selasa,(24/11).
Sementara itu, Ahmad Zaini, buruh lainnya, mengaku tuntutan hidup saat ini begitu besar. Sehingga ia berharap aksi tuntutannya bisa meningkatkan penghasilannya yang saat ini tidak mencukupi untuk hidup di kota seperti Jakarta.
"Disini semuanya serba mahal, saya jadi bingung bagaimana bisa menghidupi keluarga kalau tidak ada kenaikan gaji," keluhnya.