REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan cara lain jaringan ISIS merekrut warga negara Indonesia yang berbeda dengan pendekatan yang dilakukan Jamaah Islamiyah (JI).
Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol Hamidin mengatakan, kelompok radikal di Indonesia yang memiliki jaringan ke ISIS tidak lagi mengandalkan pendekatan ideologi untuk merekrut anggota. Jaringan ISIS ini merekrut anggota dengan pendekatan ekonomi.
"Pendekatan ekonomi lebih efektif, dibandingkan mengandalkan ideologi," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (24/11).
Ia mengungkapkan, kondisi perekonomian yang sulit seperti saat ini salah satu penyebabnya. Masyarakat yang mengalami himpitan ekonomi mudah diiming-iming, dengan pendapatan besar dan pekerjaan bila ikut berangkat ke Suriah. Bahkan, kata dia, BNPT telah mengindentifikasi beberapa WNI tertipu setelah berangkat ke Suriah dan dijanjikan gaji yang besar.
"BNPT telah berkomunikasi dengan korban penipuan ini, diantara mereka ada yang bekerja sebagai tukang ojek. Ada yang dijanjikan gaji yang besar Rp 52 juta per bulan. Namun nyatanya ketika di Suriah hal itu tidak ada dan ia pulang ke tanah air," katanya.
Hamdani mengakui model merekrut dengan pendekatan ekonomi ini jauh lebih efektif. Bahkan, ada juga dua wanita yang dikawinkan, diajak untuk mencari pekerjaan ke Timur Tengah dengan modus berangkat umrah. Namun dalam perjalanan ia menikah dengan anggota kelompok radikal ini dan tidak pernah bekerja di Timur Tengah.