Selasa 24 Nov 2015 22:00 WIB

BI: Kondisi Ekonomi Indonesia Paling Stabil

Gubernur Bank BI, Agus D.W Martowardjo (kiri) berdiskusi bersama jajaran redaksi REPUBLIKA di Gedung REPUBLIKA, Jakarta, Rabu (11/11).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Gubernur Bank BI, Agus D.W Martowardjo (kiri) berdiskusi bersama jajaran redaksi REPUBLIKA di Gedung REPUBLIKA, Jakarta, Rabu (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih stabil di tengah perlambatan ekonomi global. Hal itu tercermin dari ekonomi Indonesia yang masih tumbuh meskipun melambat.

“Dalam pandangan kami, kondisi Indonesia tetap sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling stabil dalam skala negara berkembang,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam pidato di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015, di JCC Senayan, Selasa (24/11).

Agus mengatakan, berbagai langkah kebijakan BI menjadi satu kesatuan dengan reformasi kebijakan pemerintah seperti reformasi subsidi BBM, pelayanan terpadu satu pintu, percepatan proyek infrastruktur, berbagai paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi pada beberapa bulan terakhir. Sinergi kebijakan yang ditempuh tersebut dinilai telah mampu memberikan kontribusi yang optimal pada terjaganya ketahanan ekonomi nasional. Hal itu ditunjukkan dengan masih terkendalinya depresiasi nilai tukar rupiah sehingga tekanan berlebihan kepada kegiatan ekonomi dapat dihindari.

Dalam kesempatan itu, Agus juga menyampaikan perbandingan depresiasi rupiah dengan yang dialami oleh mata uang negara lain. Hingga akhir Oktober 2015, rupiah terdepresiasi 9,5 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain. Seperti mata uang Brasil yang terdepresiasi sebesar 31 persen, Turki 20 persen, Malaysia 18 persen, dan Afrika Selatan 16 persen. Volatilitas yang terjadi pada rupiah juga lebih kecil dibandingkan dengan volatilitas mata uang negara lain.(baca juga: Dinamika Ekonomi Global..)

Sejak awal Oktober 2015, rupiah bahkan bergerak dalam tren menguat. Hal itu ditopang dari peningkatan aliran masuk modal dan meredanya ketidakpastian kenaikan suku bunga AS, serta optimisme pasar terhadap respon kebijakan yang ditempuh BI, pemerintah, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Kami menilai pelemahan yang terjadi pada nilai tukar rupiah sampai saat ini juga tidak memberikan dampak berlebihan pada kegiatan ekonomi,” ucapnya.

Pertumbuhan ekonomi yang terendah di tahun 2015 yakni sebesar 4,67 persen pada kuartal II-2015, masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Bahkan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2015 kembali meningkat menjadi 4,73 persen. Sehingga, BI memperkirakan untuk keseluruhan tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Indoensia berada di kisaran 4,7-5,1 persen. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling stabil dalam skala negara berkembang.

Di sisi lain, inflasi masih terkendali terutama pasca penghapusan subsidi BBM. Inflasi masih dalam tren menurun dan kami perkirakan berada dalam sasaran 4 plus minus 1 persen pada 2015.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement