Rabu 25 Nov 2015 06:32 WIB

Memaksimalkan Potensi Kepiting Rajungan

 Pekerja mengupas cangkang Rajungan untuk diambil dagingnya di sebuah industri kecil Pengupasan Rajungan di Pulau Sedanau, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Senin (7/9). (Antara/Widodo S. Jusuf)
Pekerja mengupas cangkang Rajungan untuk diambil dagingnya di sebuah industri kecil Pengupasan Rajungan di Pulau Sedanau, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Senin (7/9). (Antara/Widodo S. Jusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ide Kang Sangwar untuk memberi nilai lebih para nelayan Kepting Rajungan membuahkan banyak hasil. Selain menjadi salah satu usaha yang memberi dampak positif bagi banyak orang, juga membawa pria yang akrab disapa Awang ini meraih penghargaan.

Baru-baru ini pria asal Dusun 1 Desa Warduwur RT.002/01, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ini terpilih sebagai juara 1 lomba Wirausaha Muda Pemula Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2015, kategori Perikanan dan Kelautan yang diselenggarakan Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora.

Awang mengatakan, ide awal usahanya bermula dari keprihatinan dirinya melihat kehidupan para nelayan, di mana hasil tangkapan hanya sebatas dijual di jalan sepanjang jalur pantura Cirebon. Ia lantas mencoba membantu para nelayan dengan menampung hasil tangkapannya, berupa Kepiting Rajungan.

“Berbeda dengan kepiting biasa, Rajungan hanya bertahan hidup di darat kurang lebih 1 jam. Sesudah itu mati dan basi. Makanya saya dorong untuk dikelola. Kepiting Rajungan ini kemudian dikupas diambil dagingnya dan dipasarkan ke pabrik-pabrik dalam skala besar, supaya punya nilai tambah,” ujar Awang yang juga Ketua Komunitas Usaha Cirebon Entrepreneur ini.

Dalam menjalankan usaha pengupasan Kepiting Rajungan ini, Awang dibantu sekitar 29 karyawan, di samping juga melibatkan masyarakat sekitar, termasuk para kaum ibu. Aset yang dimiliki, selain lahan operasional, Awang juga memiliki tiga perahu (dengan nilai aset lebih dari 80 juta rupiah) yang dikelola sembilan nelayan binaannya.  

“Omset kami rata-rata mencapai 4-5 juta rupiah per-hari. Prinsipnya kami memberdayakan masyarakat sekitar, terutama kaum ibu. Sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Membantu suami mereka yang sebagian besar adalah nelayan,” kata Awang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement