REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Santoso, melalui video yang tersebar di media sosial, mengancam Istana Kepresidenan Jakarta dan Polda Metro Jaya. Pengamat intelijen dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menduga ancaman teror kelompok Santoso itu terinspirasi aksi teror Paris.
"Bisa saja serangan Paris menginspirasinya untuk melakukan aksi tiruan terutama di Jakarta. Apalagi video tersebut menampilkan 'klaimnya' dengan membawa bendera ISIS," ujarnya melalui pesan singkat pada Republika.co.id, Rabu (25/11).
Fahmi menduga, bisa saja video ancaman itu dibuat sebagai gertakan saja karena posisi Kelompok Santoso tengah terjepit. Sebab, ribuan pasukan gabungan dari TNI dan Polri memang tengah melakukan operasi Camar Maleo IV di Poso untuk memburu kelompok teroris tersebut.
Meski belum ada informasi yang bisa memastikan keseriusan ancaman itu, tetapi Fahmi meminta negara tak menganggap sepele. Belajar dari serangan Paris beberapa waktu lalu, kata dia, model serangan simultan dengan senjata api dan peledak bisa terjadi di mana saja.
"Kewaspadaan memang harus ditingkatkan mengingat kita memiliki banyak sasaran empuk terhadap aksi-aksi teror bersenjata," ucapnya.
Berkaca pada serangan Paris, Fahmi mengatakan, aparat keamanan harus mempelajari apa yang salah atau tidak efektif dalam deteksi dini dan respons terhadap ancaman teror. Aparat juga harus memastikan kesiapan, terutama di kota-kota besar, terhadap potensi seperti serangan bunuh diri dan situasi pengepungan atau penyanderaan.
Polri, TNI, BIN dan BNPT juga perlu terus melakukan latihan yang mensimulasikan beberapa model serangan yang mungkin ditiru oleh kelompok-kelompok teror di dalam negeri dan menguji reaksi mereka. (Baca juga: Cerita PNS di Kementerian yang Tertipu Jaringan ISIS Indonesia)