REPUBLIKA.CO.ID,BADUNG -- Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali memperketat pengamanan dari normal menjadi waspada.
Hal ini merupakan rekomendasi dari Badan Intelijen Negara (BIN) kepada Kementerian Perhubungan terkait aksi teror di bandara-bandara internasional di berbagai negara, khususnya setelah terjadinya tragedi kemanusiaan di Paris, Prancis.
"Kami memperketat pengamanan dari normalmenjadi waspada untuk mengantisipasi jika terjadi ancaman teror," kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, Trikora Harjo, Rabu (25/11).
Peningkatan status pengamanan menyebabkan otoritas bandara menambah sejumlah peralatan penunjang, seperti x-ray, CCTV, alat sinar pemindai tubuh (body scanner), alat pendeteksi logam, alat pendeteksi bahan peledak, anjing pelacak, serta penambahan personel keamanan. Hal yang sama berlaku dikedua terminal, domestik dan internasional.
"Pengawasan terutama dilakukan untuk mereka yang masuk ke Bali," kata Trikora.
Otoritas bandara juga meningkatkan peran polisi adat (pecalang) setempat untuk membantu pengawasan. Mereka akan melakukan patroli di wilayah sekitar bandara.
Pemerintah Provinsi Bali menyimpan kekhawatiran bahwa aksi terorisme seperti yang terjadi di Paris, Prancis beberapa waktu lalu merambah ke Indonesia, khususnya Bali. Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika mengatakan pemerintah pusat menaruh perhatian khusus.
"Teknologi mereka (teroris) semakin canggih. Keamanan saat ini perlu memperkuat fungsi intelijen untuk deteksi dini," kata Pastika beberapa waktu lalu.
Bali saat ini, kata Pastika masih terlihat aman dan tenang, namun situasi ini hendaknya tak membuat aparat dan masyarakat menjadi lengah. Pencegahan aksi terorisme saat ini juga dalam rangka memastikan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (pilkada) 9 Desember mendatang di Bali berjalan lancar.