REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Adanya kelompok masyarakat Sunda kecewa dan tersinggung dengan petinggi Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq dinilai wajar oleh dewan. Karena, tokoh FPI itu memelesetkan salam Sunda sampurasun menjadi "campur racun" saat berceramah di Kabupaten Purwakarta.
Menurut Ketua DPRD Jawa Barat Ineu Purwadewi Sundari, wajar kalau masyarakat tersinggung. Karena, buat masyarakat Jawa Barat, nilai budaya itu luar biasa penghargaannya. "Jadi, kalau ada ketersinggung akan terjadi seperti itu," kata Ineu Purwadewi Sundari usai menghadiri peluncuran acara "Aktivasi Rekening Tabungan Simpanan Pelajar Bank BJB" di Halaman Gedung Sate Bandung, Jumat (27/11).
(Baca: Pelesetkan Sampurasun, Habib Rizieq Dilaporkan ke Polda Jabar)
Ine pun menyayangkan plesetan sampurasun menjadi "campur racun" oleh Habib Riqiez tersebut. Kalau memang itu dimaknai demikian, Ine menyayangkan sekali. Karena, makna sampurasun megandung makna budaya yang tinggi.
Ine mengatakan, dengan adanya peristiwa tersebut pihaknya meminta kepada semua elemen masyarakat untuk menghargai nilai-nilai budaya yang ada, salah satunya salam Sunda sampurasun. Karena, setiap orang harus menghargai budaya.
"Itu saya kira harus karena setiap daerah di kita memiliki budaya berbeda-beda, termasuk di tanah Sunda," katanya.
(Baca: Soal Pelesetkan Sampurasun, Ini Jawaban Habib Rizieq)
Ketika ditanyakan apakah wajar menuntut Habib Rizieq untuk meminta maaf kepada masyarakat Sunda karena telah memelesetkan sampurasun menjadi "campur racun", Ineu mengatakan, hal tersebut wajar saja.
"Itu (meminta maaf) harapan. Kalaupun ketidakmengertian atau ketidakpahaman, kemudian meminta maaf maka mereka menghargai budaya Sunda yang ada," katanya.