Jumat 27 Nov 2015 21:30 WIB

Sistem Perekrutan ISIS Jadi Bahasan ASEAN

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ilham
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan.
Foto: Republika/Wihdan H
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menjadi musuh bersama negara-negara anggota ASEAN. Salah satu fokus negara-negara Asia Tenggara ini adalah sistem perekrutan ISIS melalui media dan sosial media.

“Mereka (ISIS) merekrut anggotanya melalui surat kabar, berbagai media, hingga sosial media tanpa arah. Sosial media digunakan untuk merekrut dan mencuci otak seseorang. Kita membiarkannya selama ini dan ini juga diakui dalam pertemuan negara-negara anggota ASEAN kemarin,” kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/11).

Dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2015 di Kuala Lumpur, pimpinan-pimpinan tinggi negara sepakat bahwa operasi ISIS direncanakan dengan sasaran jelas, terkendali, dan nyaris sempurna. Pada tragedi Paris, kata Luhut, ISIS bisa saja melukai Presiden Hollande jika berhasil masuk ke stadion.

Luhut menekankan, Islam bukan ISIS dan ISIS bukan Islam. ISIS yang muncul saat ini tak ubahnya seperti fenomena gunung es. Banyak pihak di bawahnya yang belum tersentuh. “Srigala-srigala kelaparan akan muncul ke permukaan dan merusak semua tatanan,” katanya.

Pemerintah Indonesia menggunakan dua pendekatan berbeda dalam menangkal aksi ISIS, yaitu pendekatan religius dan budaya. Operasi penumpasan dengan senjata atau militer hanya akan menimbulkan masalah baru.

Luhut mencontohkan instabilitas yang terjadi di Timur Tengah. Ratusan ribu nyawa tak berdosa tewas di Syria. Jutaan rakyat Syria mengungsi, hingga terjadi mobilisasi besar-besaran ke Eropa. Cara-cara religius dan berbudaya jauh lebih berhasil, namun bukan berarti pendekatan yang keras ditiadakan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement