REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis pada Jumat (27/11) telah menyelenggarakan upacara peringatan nasional untuk 130 orang yang tewas dalam serangan Paris dua pekan lalu.
Sekitar 2.600 orang menghadiri upacara di pusat kota Paris, termasuk Presiden Prancis Francois Hollande. Keheningan sempat terjadi selama satu menit dan nama-nama semua korban dibacakan.
Penyiar membacakan nama-nama dan usia ke-130 korban, dari Stephane Albertini hingga Stella Verry. Dalam sambutannya, Presiden Hollande mengatakan, Prancis akan melakukan semua yang bisa untuk menghancurkan tentara kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Ini (menghancurkan ISIS) akan beroperasi tanpa henti untuk melindungi anak-anaknya,’’ kata dia seperti dikutip dari laman BBC, Sabtu (28/11).
Dia bersumpah bahwa Perancis akan merespon dengan lebih banyak musik, konser dan acara olahraga, setelah beberapa serangan yang menargetkan tempat konser dan stadion. Beberapa korban yang hadir berada di kursi roda, sementara anggota pemadam kebakaran dan ambulans mengenakan seragam untuk upacara selama 45 menit di halaman kompleks Les tersebut.
Di antara mereka yang menghadiri peringatan ini adalah orang tua korban Nick Alexander yang mengatakan, curahan cinta dari seluruh dunia telah menjadi kenyamanan besar bagi pihaknya. ‘’Kita lebih bangga memiliki Nick sebagai anak kami," ujar mereka.
Namun, tidak semua keluarga korban menerima undangan untuk menghadiri upacara peringatan tersebut. Keluarga salah satu korban mengaku kepada media Prancis mereka menolak, mengatakan tidak cukup apa yang telah dilakukan untuk melindungi bangsa dari serangan lainnya awal tahun ini.
Penyerang dengan senapan dan sabuk bunuh diri yang menargetkan menyerang sejumlah tempat di Paris, Jumat (13/11). ISIS kemudian mengklaim berada di belakang serangan itu.