REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Parlemen Jerman mengakui dan mengapresiasi upaya Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi kebakaran hutan. Kebakaran itu merupakan salah satu bencana terburuk di dunia dan mengorbankan rakyat Indonesia dan juga negara tetangga.
Menurut Sekretaris Pertama Pensosbud KBRI Berlin Fattah Hardiwinangun kepada Antara London, Sabtu, pernyataan itu diungkapkan anggota parlemen Jerman dalam diskusi tentang minyak sawit yang bertema Focus Group Discussion(FGD) on Indonesia's Sustainable Palm Oil.
Diskusi diadakan KBRI Berlin bekerjasama dengan Parlemen Jerman (Bundestag) di Gedung Parlemen, Berlin. Dalam diskusi yang dipandu Jorgen Klimke dari Partai Christian Democratic Union/CDU), dan Dr. Thomas Gambke dari Partai Hijau bertujuan memberikan pemahaman di kalangan pemangku kepentingan, khususnya Parlemen di Jerman, tentang produk minyak sawit.
Dari diskusi tersebut, para anggota parlemen Jerman menyadari kesulitan yang dialami Indonesia dalam menangani kebakaran hutan di lahan gambut dengan karakteristik yang unik.
Para anggota Parlemen Jerman mengutarakan sebagai salah satu konsumen minyak sawit terbesar di Eropa, Jerman membutuhkan pasokan minyak sawit dari sumber yang sustainable. Di Jerman, minyak sawit diperlukan untuk industri bio-fuel, makanan, obat-obatan, dan kosmetik.
Uni Eropa merupakan pasar ekspor produk kelapa sawit Indonesia terbesar ketiga setelah India dan Tiongkok dengan volume ekspor sekitar 3,5 juta ton atau senilai lebih dari 2,2 miliar dolar AS pada 2014. Namun demikian, Uni Eropa juga merupakan tujuan ekspor, kendati sawit Indonesia paling banyak mendapat tantangan kampanye negatif.
Menurut DCM KBRI Berlin, Dr. Pramono, hambatan terhadap komoditi minyak sawit indonesia ke pasar Eropa lebih pada hambatan politis. Dengan demikian, penggalangan pemahaman dan dukungan di kalangan politisi Jerman menjadi sangat penting. Kasus kebakaran hutan yang parah di Indonesia akhir-akhir ini juga perlu dipahami dalam konteks yang benar, ujarnya