REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Gerindra Mohamad Hekal mengungkapkan, kebanyakan bandara di Indonesia mengalami kelebihan kapasitas (overcapcity). Kelebihan penumpang itulah yang menimbulkan bottlenecking dan tak jarang menyebabkan keterlambatan dalam penerbangan (delay).
“Harus dipahami, jika delay zaman dulu mungkin disebabkan karena manajemen yang kurang, kalau hari ini delay tersebut disebabkan karena bottlenecking,” kata Hekal di Cikini, Jakarta, Sabtu (28/11).
Hekal mecontohkan, berdasarkan data dari Angkasa Pura II, data tahun 2012, Bandara Soekarno-Hatta yang hanya memiliki kapasitas 22 juta pertahun, sedangkan penumpang yang menggunakan bandara tersebut mencapai 57, 8 juta. “Berarti dia overcapacity 263 persen. Itu termasuk yang paling rendak overcapacity-nya,” ungkap Hekal.
Padahal, menurut Haikal, bandara perlu pengembangan ketika mencapai 75 persen kapasitas. Berdasarkan data terbaru, bandara yang sampai saat ini masih mengalami overcapacity ada di Pontianak yang mencapai 357 persen. Selain di Pontianak, Soekarno-Hatta pun saat ini masih mengalami overcapacity sekitar 260 persen.
“Begitupun Bandara Depati Amir 280 persen, Bandara Sultan Saha 263 persen dan Bandara Husein Sastranegara 585 persen,” kata Hekal.
Bottlenecing itu, menurut anggota DPR RI Komisi VII tersebut disebabkan karena lonjakan penumpang akibat banyaknya maskapai penerbangan murah. Maskapai penerbangan murah itulah yang memaksakan jadwal penerbangan.