REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Petani tambak di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur mengeluhkan perilaku tengkulak yang biasa membeli hasil produksi tambak mereka secara kurang menguntungkan.
Salah seorang petani tambak di Sedati, Saiful M mengatakan pihaknya mendesak pemerintah untuk memberlakukan harga eceran tertinggi (HET) hasil tambak seperti untuk komoditas pertanian. "Selama ini, petani tambak yang ingin menjual hasil produksinya harus ikut harga pembelian yang dilakukan oleh para tengkulak," katanya di Sidoarjo, Sabtu (28/11).
Kondisi seperti itulah yang mengakibatkan para petani tambak ini merasa dirugikan.
"Kalau bisa ada harga pokok penjualan seperti pembelian hasil produksi pertanian selama ini," katanya.
Ia mengatakan dengan adanya harga eceran tertinggi (HET), maka para petani bisa melihat berapa kisaran harga yang saat ini sedang digunakan di pasar. "Kalau kondisi seperti ini, kami tidak bisa menentukan berapa kisaran harga yang dipatok saat ini. Kami juga tidak bisa menentukan berapa kisaran harga yang dipatok tersebut," katanya.
Untuk komoditas bandeng, katanya, harga jual petani tambak kepada tengkulak berkisar antara Rp 15-20 ribu per kilogram. Harga ini tergantung dengan harga yang ada di pasaran.
"Kami berharap ada solusi terkait dengan kondisi seperti ini supaya hasil produksi kami bisa dijual dengan harga bagus," katanya.
Di Kabupaten Sidoarjo jumlah pembudi daya tambak berjumlah sekitar 2.070 orang dengan luasan areal tambak sebanyak 15 ribu hektare.