Ahad 29 Nov 2015 11:35 WIB

Realisasi Investasi Pertanian Rp 18,1 Triliun

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Foto udara hamparan lahan pertanian padi di kawasan persawahan Kabupaten Lombok Barat, NTB, Senin (25/5).
Foto: Antara
Foto udara hamparan lahan pertanian padi di kawasan persawahan Kabupaten Lombok Barat, NTB, Senin (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menjembatani masuknya aliran investasi khususnya di sektor industri gula, sapi dan jagung. Melalui Tim Upaya Khusus (Upsus) Percepatan Investasi Pengembangan Industri terkait, Kementan di bawah pimpinan Staf Ahli Menteri Bidang Investasi Pertanian menjembatani realisasi investasi dengan total Rp 18,1 triliun dari rencana Rp 122,6 triliun.

"Telah terdaftar 37 perusahaan asing dan domestik yang berminat investasi di gula, sembilan perusahaan peternakan sapi dan tiga perusahaan di pertanaman jagung," kata Staf Ahli Mentan Bidang Investasi Syukur Iwantoro dalam wawancara khusus dengan Republika.co.id pekan ini. Adapun rinciannya, porsi realisasi investor asing sebanyak Rp 8,3 triliun. Sementara investor domestik Rp 9,8 triliun.

Empat strategi diterapkan Tim Upsus untuk pencapaian target di antaranya telah melakukan pertemuan denyan para calon investor. Agenda pertemuan dari mulai perkenalan hingga pendekatan spesifik melalui pertemuan, konsultasi, dan fasilitas insentif per individu investor, per instansi, terkait dan per daerah terkait. Selanjutnya dilakukan tinjauan lapangan dan pertemuan berjenjang di Yogyakarta, Bandung, Makassar, dan Bogor.

Menurutnya permasalahan investasi saat ini masih terganjal di perizinan tingkat daerah serta pengadaan lahan. Oleh karena itu, pemerintah menjembatani komunikasi antara investor dengan daerah agar dipercepat. Hasil Upsus perdana yakni pada Maret 2016 akan diresmikan dua pengembangan industri gula dan satu peternakan sapi.

Syukur menguraikan, investasi industri gula terealisasi di Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB) di atas lahan seluas 2.800 hektare dari permintaan lahan 5.000 hektare. Investor murni dari domestik yakni PT Sukses Mantap Sejahtera. Investor akan bermitra dengan masyarakat melalui pola inti-plasma.

Lokasi kedua yakni di Lamongan Jawa Timur di atas lahan seluas 22 ribu hektare. Investor proyek tersebut yakni PT Kebun Tebu Mas milik Jepang. Semua lahan milik masyarakat setempat di mana ada jaminan untuk pola inti seluas 3.000-5.000 hektare dan sisanya plasma atau dikelola masyarakat.

Sementara pengembangbiakan sapi dilaksanakan di wilayah Sumba Timur di atas lahan seluas 2.400 hektare. Tanah saat ini masih milik ulayat tetapi sedang diproses hak guna usahanya. Investor asing asal Brazil yakni PT Asianbeef Biofarm tertarik karena lahan setempat yang subur membuat efisiensi lahan. Perbandingannya, jika di Australia, delapan hektare untuk satu sapi, maka di Sumba, satu hektare bisa untuk mengembangbiakan tiga ekor sapi.

Sapi yang dikembangbiakan yakni jenis "Sumba Ungule" yang merupakan sapi lokal asli Sumba. Jika jumlahnya kurang, akan mendatangkan Sapi Brahman. "Sebenarnya mereka minta 5.000 hektare, makanya ke depan kita hubungkan dengan lahan PT PN di dekat sana seluas 7.000 hektare," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement