Senin 30 Nov 2015 04:38 WIB

Lupakan Bahasa Tubuh, Ada Cara Lebih Ampuh Deteksi Kebohongan

Red: Nur Aini
Pembohong. Ilustrasi
Foto: .
Pembohong. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tim keamanan Thomas Ormerod melakukan pekerjaan yang tampaknya sulit. Di bandara seluruh Eropa, mereka mewawancarai penumpang mengenai rencana perjalanan dan yang telah mereka lalui. Mereka menemukan satu dari 1.000 orang yang mereka wawancarai berbohong. Namun, menemukan pembohong tersebut seperti mencari jarum dalam sekam.

Lalu apa yang mereka lakukan? Biasanya, kebohongan dideteksi dari bahasa tubuh dan gerakan mata. Tapi ternyata, ide tersebut dinilai buruk. Studi lanjutan menemukan bahwa usaha itu, meski dilakukan oleh polisi terlatih, membaca kebohongan dari bahasa tubuh dan ekspresi muka sering hanya sedikit membantu.

Mendeteksi kebohongan ternyata membutuhkan metode khusus. Berikut metode khusus yang digunakan tim tersebut untuk mendeteksi kebohongan seperti dilansir BBC.

1. Gunakan pertanyaan terbuka

Ini akan memaksa pembohong untuk semakin memperluas cerita mereka sehingga mereka akan terperangkap sendiri dalam cerita bohong.

2. Buat pertanyaan tak terduga dan mengejutkan

Pertanyaan tak terduga bisa membuat pembohong kebingungan. Selain itu, pancing mereka untuk bercerita tentang peristiwa yang telah lampau. Teknik ini akan membuat pembohong kesulitan untuk tetap mempertahankan cerita bohong.

3. Perhatikan hal-hal kecil.

Jika seorang penumpang mengatakan masih mahasiswa di Universitas Oxford, tanyakan kepada mereka tentang perjalanan untuk bekerja. Jika menemukan kontradiksi, jangan menyela, akan lebih baik membiarkan pembohong membangun kebohongan tersebut.

4. Perhatikan perubahan kepercayaan diri. Lihat secara seksama bagaimana perubahan gaya orang yang berpotensi berbohong saat ditantang. Zona kenyamanan mereka terbatas dan mungkin saja bungkam saat mereka kehilangan kendali.

Deteksi kebohongan itu menggunakan percakapan biasa dibandingkan interograsi yang intens. Dengan tekanan yang lebih lembut, pembohong akan memperlihatkan kontradiksi dalam cerita mereka sendiri, atau mengelak dan respon tidak menentu secara jelas. Metode tersebut memang biasa, tetapi diyakini bahwa wawancara yang cerdas bisa lebih baik mengidentifikasi pembohong dibandingkan melihat bahasa tubuh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement